LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH
OLEH :
DEDE YUDO KURNIAWAN
A1L011043
ASISTEN :
1. RATRI NOORHIDAYATI
2. SEPTIA LINDA NURVITA
3. SOFFA
4. NOVA MARGARETH
KEMENTERIAN PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Secara fisik tanah mineral
merupakan campuran dari bahan anorganik, organik,udara dan air. Bahan anorganik
secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu :
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm)
Tidak plastis dan tidak liat, daya
menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih
banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative
baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain.
2. Debu (0,002 mm – 0,005 mm)
Merupakn pasir mikro. Tanah
keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi
debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm)
Berbentuk lempeng, punya sifat
lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat
mengmbang dan mengkerut yang besar. Bila kering menciut dan banyak menyerap
energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi pelepasan
panas yang disebut sebagai panas pembasahan ( heat of wetting ).
Tanah yang banyak mengandung pasir
akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah merembeskan air
dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang mengandung banyak liat
akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket, sulit dalam pengolahanya
sehingga disebut tanah berat.
Berat ringannya tanah akan
menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin
besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh
sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut
tanah makin kecil.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui besarnya derajat
kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut
anatar jenis tanah yang diamati.
BAB
II
METODE
KERJA
A.
Alat
dan Bahan
Contoh tanah halus (<0,5 mm ),
botol semprot, air, cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong dan
serbet/lap pembersih.
B.
Cara
Kerja
1. Tanah
halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air
dengan mengunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai
pasta tanah menjadi homogen.
2. Pasta
tanah yang sudah homogen tadi dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang telah
diameternya dengan menggunakan jangka sorong ( diameter awal ).
3. Cawan
dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur dibawah terik matahari,
kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai
diameternya konstan ( diameter akhir ).
BAB
III
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
No.
|
Jenis tanah
|
Percobaan ke
1 2
3 4
|
||||
1.
|
Ultisol
|
Ǿ1
|
50,2
|
50,2
|
49,2
|
49,1
|
Ǿ2
|
50,2
|
49,3
|
49,1
|
49,1
|
||
X
|
50,2
|
49,75
|
49,15
|
49,1
|
||
2.
|
Entisol
|
Ǿ1
|
51,1
|
51,1
|
51,1
|
49,7
|
Ǿ2
|
51,1
|
51,1
|
49,5
|
49,5
|
||
X
|
51,1
|
51,1
|
50,3
|
49,6
|
||
3.
|
Andisol
|
Ǿ1
|
55,9
|
55
|
54,9
|
|
Ǿ2
|
55,9
|
55
|
52,2
|
|
||
X
|
55,9
|
55
|
53,55
|
|
||
4.
|
Inseptisol
|
Ǿ1
|
52,7
|
52,4
|
52,2
|
48,8
|
Ǿ2
|
52,8
|
51,5
|
51,1
|
48,56
|
||
X
|
52,75
|
51,95
|
51,65
|
48,72
|
||
5.
|
Vertisol
|
Ǿ1
|
42,5
|
38,5
|
38,1
|
38,1
|
Ǿ2
|
39,6
|
39,6
|
37,8
|
37,15
|
||
X
|
41,875
|
39,05
|
37,95
|
37,62
|
||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Derjat kerut tanah vertisol =
=
=
= 0,1035 x 100%
= 10,35 %
Derajat kerut tanah inseptisol =
=
=
= 0,0921 x 100%
= 9,21 %
Derajat kerut tanah ultisol =
=
=
= 0,0219 x 100%
= 2,19 %
Derajat kerut tanah entisol =
=
=
= 0,0273 x 100%
= 2,73 %
B. Pembahasan
Susunan
mekanika tanah merujuk pada ukuran, bentuk, kerapatan dan kimiawi zarah tunggal
komponen padat mineral (Kohke, 1968).
Secara
kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut
batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih
kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohke, 1968).
Dalam
analisis agihan besar zarah, bahan tanah halus dipisahkan lebih lanjut menjadi
tiga fraksi utama pasir, debu (lanau), dan lempung. Fraksi tanah ialah
sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas tertentu
(Notohadiprawiro, 1998).
Butiran
pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar, mika dan kadang juga sirkon,
turmalin dan horn blende (Poerwowidodo, 1991).
Butiran
pasir mempunyai matra kurang lebih seragam dan mempunyai bentuk membulat
walaupun permukaan luarnya tidak selalu halus, serta mempunyai jenjang
kekasaran tertentu yang terkait erat dengan keabrasifanya.
Pisahan
debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran garis tengah antara pisahan lempung
dan pisahan pasir. Secara meneralogis dan fisis, zarah debu in I mendekati
zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan luas permukaan per satuan massa
yang lebih besar, serta seringkali terlapisi lempung yang terjerap kuat. Pada
kasus tertentu zarah debu memperlihatkan perangai fisiko kimiawi lempung
(Purwowidodo, 1991).
Pisahan
lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih
dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan
yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan
dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung. Pisahan
lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid. Pelikan
ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan umumnya
dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama berukuran
> 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika, sedangkan
pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican
lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
Berbagai
macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas, sangat
mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah.
Dipandang
dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari
butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral
yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh
koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir
mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau
berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini
tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
Beberapa
tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).
Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah.
Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat
montmorillonit yang tinggi.
Tanah
ringan adalah tanah yang banyak mengandung pasir, mudah untuk diolah dan mudah
merembeskan air. Tanah berat adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit
untuk diolah, tidak mudah meloloskan air dan lengket.
Faktor
yang mempengaruhi derajat kerut tanah adalah : bahan organik, berat ringanya
tanah, kandungan liat.
Dari
hasil praktikum yang dilakukan diperoleh data untuk derajat kerut vertisol
dengan menggunakan rumus :
Derjat kerut tanah vertisol =
=
=
= 0,1035 x 100%
= 10,35 %
Tanah
vertisol mempunya derajat kerut paling besar diantara semua jenis tanah yang
digunakan untuk praktikum. Hal tersebut disababkan oleh beberapa faktor, yaitu
berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi
kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik
tana berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka
derajat kerut tanah semakin kecil. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga menentuka besarnya
KTK tanah (Hakim,dkk,1986).
Pada
umumnya Vertisol juga defisiensi P.
Setelah N, unsure P merupakan pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan
unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P
yang cukup kecil jika produksi tanaman pada musim berikutnya rendah. P menjadi
nyata jika tanaman yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika produksinya
tinggi maka dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian pupuk N (Munir, 1996).
BAB
IV
KESIMPULAN
Dari
praktikum yang dilakukan diperoleh kesimpulan :
1. Sifat
– sifat tanah dapat diketahui dengan menghitung derajat kerut tanah.
2. Tanah
vertisol mempunyai derajat kerut tanah terbesar yaitu 10,35%.
3. Kandungan
liat dan bahan organik yang tinggi mempengaruhi besarnya derajat kerut tanah.
4. Semakin
rendahnya derajat kerut tanah semakin tinggi kandungan bahan organiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, N. Et all. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung : Lampung.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill
Publishing. Company Ltd, Bombay.
Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT. Dunia
Pusataka Jaya : Jakarta
Poerwowidodo. 1991. Genesa
Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan. Institut Pertanian Bogor.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara,
Jakarta