LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
ACARA II
PENETAPAN KADAR AIR TANAH
OLEH :
DEDE YUDO KURNIAWAN
A1L011043
ASISTEN :
1. RATRI NOORHIDAYATI
2. SEPTIA LINDA NURVITA
3. SOFFA
4. NOVA MARGARETH
KEMENTERIAN PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan gaya yang
bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi maka air tanah
dibedakan menjadi :
1.
Air higroskopis
2.
Air kapiler
3.
Air gravitasi
Air
higroskopis
Air higroskopis adalah
air yang diabsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Jumlahnya sanag sedikit dan merupakan selaput tipis yang menyelimuti
agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan pada tegangan 31
– 10.000 atm ( pF 4,0 – 4,7 )
Air
kapiler
Air kapiler adalah air
tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat
dibandingakn gaya gravitasi. Air ini bergerak kesamping atau keatas karena gaya
kapiler. Air kapiloer ini menempati pori mikro dan dinding pori makro ditahan
pada tegangan antara 1/3 - 15 atm (pF 2,54 – 4,20 ).
Air kapiler dibedakan
menjadi : Kapasitas lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air
gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air
setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam sehingga air gravitasi sudah
turun semua. Pada kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang optimum
bagi tanaman karena pori makro berisi udara, sedangkan pori mikro berisi air
seluruhnya. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan tegangan 1/3 atm atau
pada pF 2,54. Titik layu permanen yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan
menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan
jika hal ini dibiarkan tanman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan
pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disenut juga
koefisien layu tanaman.
Air
gravitasi
Air gravitasi adalah
air yang tidak dapat oleh tanah, karena mudah meresap kebawah akibat adanya
gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara
seperti N, K, Ca sehungga tanah menjadi masam dan miskin hara.
B. Tujuan
Menetapkan kadar air
contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air maksimum tanah dengan
metode gravimetri ( perbandingan massa air dengan massa padatan tanah ) ata
disebut berdasarkan % berat.
BAB
II
METODE
KERJA
A. Alat dan Bahan
Contoh tanah kering
angin, botol timbang, timbangan analitis, keranjang kuningan, cawan tembaga
porus, bejana seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2 mm, bak perendam,
serbet, kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator.
B. Cara kerja
A.
Kadar Air Tanah Kering Angin (Udara)
1) Botol timbang dan
penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang (= a gram).
2) Botol timbang diisi
dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2 mm, kurang lebih
setengahnya, ditutup, lalu ditimbang kembali (= b gram).
3) Botol timbang yang
berisi tanah dimasukan ke dalam oven dengan keadaan tutup terbuka. Pengovenan
dilakukanpada suhu 105-1100C selaqma minimal 4 jam.
4) Setelah waktu
pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan menggunakan tang
penjepit.
5) Botol timbang yang
telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan menggunakan tang penjepit, lalu
dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit.
6) Setelah itu, botol
timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang penjepit untuk ditimbang
dengan timbangan yang sama (= c gram).
B.
Kadar Air Kapasitas Lapang
1) Keranjang kuningan
dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang (= a gram)
2) Keranjang kuningan
yang telah ditimbang diletakkan ke dalam bejana seng.
3) Contoh tanah kering
angin 2 mm dimasukkan ke dalam keranjang kuningan setinggi 2,5 cm (sampai
tanda batas) secara merata tanpa ditekan.
4) Diteteskan air
sebanyak 2 mL dengan pipet ukur secara perlahan-lahan pada 3 titik tanpa
persinggungan (1 titik = 0,67 mL ), kemudian bejana seng ditutup, dileltakkan
ditempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.
5) Keranjang kuningan
dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati hingga tertinggal 3
gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang (= b gram).
Perhitungan =
C. Kadar Air Maksimum Tanah
1)
Cawan tembaga porus dan petridis
dibersihkan dan diberi label secukupnya.
2)
Pada dasar cawan tembaga porus diberi
kertas saring, dijenuhi air dengan menggunakan
botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet/lap, dimasukkan
ke dalam petridis kemudian ditimbang (a=gram).
3)
Cwan tembaga porus dikeluarkan dari
petridis, isi dengan contoh tanah halus (0,5 mm) kurang lebih 1/3 nya, cawan
diketuk – ketuk perlahan sampai permukaan tanahya rata. Contoh tanah halus
dtimbang lagi 1/3 nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus penuh
dengan tanah. Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet.
4)
Cawan tembaga porus direndam dalam bak
perendam dengan ditumpu batu dibawahnya agar air bebas masuk kedalam cawan
tembaga porus. Perendaman dilakukan selama 12 – 16 jam.
5)
Setelah waktu perendaman selesai, cawan
tembaga porus diambil dari bak perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan
dengan colet, dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan kedalam cawan
petridis yang digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (= b
gram ).
6)
Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam
oven selama 24 jam dengan suhu 105 - 110⁰C.
7)
Setelah waktu pengovenan selesai, cawan
diangkat dengan tang penjepit dn dimasukan kedalam eksikator selama 15 menit.
Setelah itu diambil dengan tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (= c gram
).
8)
Tanah yang ada di dalam cawan tembaga
porus dibuang, cawan tembaga porus dibersuhkan dengan kuas, dialasi dengan
petridis yang sama lalu ditimbang beratnya (= d gram ).
Perhitungan :
Kadar air maksimum =
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
1. Tanah Kering Udara
Ulangan
|
Botol timbang
kosong (a gr)
|
(a) contoh tanah
(b gr )
|
(b)
setelah dioven
(c gr)
|
Kadar air
tanah kering udara (%)
|
Ka 1
|
22,4073
|
31,9128
|
30,83
|
12,85 %
|
Ka 2
|
27,6989
|
36,9773
|
35,93
|
12,72 %
|
Rata
- rata
|
12,785 %
|
2.
Kapasitas
Lapang
Ulangan
|
Keranjan kuningan
kosong (a gr)
|
(a)
+ gumpalan tanah basah (b gr)
|
Kadar air
kapasitas lapang (%)
|
KL – 1
|
32,3832
|
38,1164
|
66,36 %
|
KL – 2
|
32,8969
|
38,1456
|
74,35 %
|
Rata – rata
|
70,355 %
|
3.
Kadar
Air Maksimum
Ulanagn
|
Cawan+ kertas
saring jenuh + petridish (a gr)
|
(a)
+ tanah basah jenuh air (b gr)
|
(b)
Setelah dioven 24 jam (c gr)
|
Petridish +
cawan +kertas saring setelah dioven (d gr)
|
Kadar air
maksimum (%)
|
KAM – 1
|
62,4021
|
125,7018
|
88,2552
|
61,7357
|
138,69 %
|
KAM – 2
|
76,6135
|
112,3984
|
98,7120
|
72,7647
|
37,91 %
|
Rata –rata
|
88,3 %
|
B. Pembahasan
Air tanah
adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan
tanah. Air dalam tanah menyebabkan partikel tanah mengembang dan mengkerut
teikat satu sama lain membentuk struktur tanah. Air tanah merupakan salah satu
sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat
mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan,sedangkan kadar air tanah adalah jumlah air yang
terkandung didalam tanah per satuan tertentu. Air tanah juga berperan dalam
reaksi-reaksi kimia tanah yang dapat melepaskan dan mengikat unsur hara dalam
tanah dan melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah sehingga menyebabkan kemasaman
dan kebasaan dalam air tanah.
Kapasitas lapang
adalah kandungan lengas maksimum yang terseia untuk pertumbuhan tanaman.
Pengukuran dapat dilaksanakan dengan membasahi tanah sampai lewat jenuh
kemudian dibiarkan air mengatur bebas karena gravitasi selama 48 jam. Pada
kondisi ini tanah mengandung lengas maksimum yang tersedia untuk tanaman. Pori
makro terisi udara, sedangkan pori mikro sebagian terisi air yang tersedia.
Pada umumnya harkat kandungan lengas kapasitas lapang meningkat berdasarkan
urutan-urutan : pasir < debuan < geluhan < lempung < gambut. Air
tersedia merupakan selisih antara kapasitas lapang dan titik layu yang besarnya
dipengaruhi tekstur, tetapi berbeda dengan kapasitas lapang. Sedangkan titik
layu permanen merupakan pada titik terbawah daerah kelembaban yang tersedia.
Suatu tanaman akan layu bila tidak bisa memperoleh air yang dibutuhkan.
Kelayakan sementara akan terjadi pada banyak tanaman pada suatu hari yang panas
dan angin bertiup, tetapi tanaman pulih kembali. Pada saat hari yang lebih
sejuk kelayuan permanen begitu pula kelayuan sementara tergantung pada besarnya
pemakaian air oleh tanaman (Sambroek, 1969).
Faktor
– faktor yang mempengaruhi ketersediaan air tanah antara lain :
(1)
Tekstur tanah
(2)
Kadar bahan organic tanah
(3)
Senyawa kimia
(4)
Kedalaman solum
selain
faktor diatas ketersediaan air tanah juga dipengaruhi oleh iklim dan tanaman
,faktor iklim yang berpengaruh meliputi curah hujan,temperatur,dan kecepatan
angin,yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan
evapotranspirasi.Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman
perakaran,toleransi terhadap kekeringan,serta tingkat dan stadia
pertumbuhan,yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman.(Hanafiah
K.A. 2005).
Kadar air maksimum
suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel tanah,
kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986). Tektur tanah yang halus
menyebabkan menyebabkan porositasnya rendah sehingga mampu menahan air. Tinggi
rendahnya kadar air maksimum tergantung juga pada jenis tanah, sebab tanah juga
mempunyai tekstur yang berbeda pula.
Tabel nilai stera macam – macam tenaga
( kuantitatif ) ( Brady,1974 ).
Tinggi
satuan kolom air (cm)
|
Logaritma
tinggi kolom air
(
pF )
|
Atm
= bar
|
10
|
1
|
0,01
|
100
|
2
|
0,01
|
346
|
2,53
|
1/3
|
1 000
|
3
|
1
|
10 000
|
4
|
10
|
15 849
|
4,18
|
15
|
31 623
|
4,5
|
31
|
1 00 000
|
5
|
100
|
1 000 000
|
6
|
1 000
|
10 000 000
|
7
|
10 000
|
Lengas
higroskopik terikat pada gaya ≥ 31 atm, lengas kaplier pada kisaran gaya 31 –
0,1 atm, lengas gravitasi pada kisaran ≥ 0,1 atm. ( Notohadipoero, 1986 ).
Pada
saat praktikum kadar air tanah kita menggunakan jenis tanah vertisol. Dibwah
adalah pengertian secara lengkap.
Vertisol
Tanah
yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih
dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau
kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah
mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk
tanah Grumusol atau Margalit.
Pembentukan tanah
Pembentukan
tanah vertisol terjadi melalui dua proses, yaitu terakumulasinya mineral liat 2
: 1 dan proses mengembang dan mengkerut yang terjadi secara periodik, sehingga
membentuk slinckenside atau relief mikro gilgai. Lebih lanjut dikatannya bahwa
ketika basah tanah menjadi sangat lekat dan plastis, tetapi kedap air. Namun,
saat kering tanah menjadi sangat keras dan masif, atau membentuk pola prisma
yang terpisahkan oleh rekahan. (Hardjowigeno 1993) menyatakan bahwa faktor
penting dalam pembentukan tanah ini adalah adanya musim kering di setiap tahun,
meskipun lama musim kering tersebut bervariasi. Di daerah yang paling kering,
tanah hanya paling basah tanah hanya kering selama beberapa minggu setiap
tahun.
Penyebaran
Tanah-tanah
ini banyak ditemukan kebanyakan di NTT(0.198 juta ha),Jawa Timur(0.96 juta
ha),NTB(0.125 juta ha),Sulawesi Selatan(0.22 juta ha),dan Jawa Tengah(0.4 juta
ha) (Subagyo et al. 2004).
Karakteristik/sifat tanah
Tanah
Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi
tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0
sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi
(Munir, 1996).
Vertisol
menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna
gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa
yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim
tropis dan subtropis (Munir, 1996).
Namun
untuk mengetahui pengertian jenis tanah yang lain yang digunakan untuk
praktikum kami sajikan dibawah ini :
1. Entisol
merupakan
tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah ini
tidak
hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus sudah terjadi
proses
pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik. Banyak tanah Entisol
yang
digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah endapan sungai atau daerah
rawa-rawa
pantai. Padi sawah banyak ditanam di daerah-daerah Aluvial ini
(Hardjowigeno,
1993).
2. Ultisol
Tanah yang termasuk ordo Ultisol
merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat
masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari
35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik
Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
3. Inseptisol
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol
merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol
berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison
kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini
cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.
4. Andisol
Tanah yang termasuk ordo Aridisol
merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering).
Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan
dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Diperoleh
kadar air contoh tanah keringnya adalah 12,785 %
2. Diperoleh
kadar air kapasitas lapangya adalah 70,355 %.
3. Diperoleh
kadar air maksimum tanahnya adalah 88,3 %.
4. Lengas
higroskopik terikat pada gaya ≥ 31 atm, lengas kaplier pada kisaran gaya 31 –
0,1 atm, lengas gravitasi pada kisaran ≥ 0,1 atm.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady,
N.C. 1974. The Nature and Prpoerties of
Soils. 8th edition. MacMillan Publishing Co. Inc :New York
Hakim,
N. Et all. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung : Lampung.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers :
Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo :
Jakarta
Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT. Dunia
Pusataka Jaya : Jakarta
Notohadiprawiro,
T. 1986. Pengantar Ilmu Tanah .
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian. Universitas gadjah mada : Yogyakarta
Sambroek . 1967 . Amazon Soils . Centre for Agricultural
Publivatins and Documentation .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar