Rabu, 25 April 2012

laporan praktikum penetapan profil tanah


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
ACARA VI
PENGENALAN PROFIL TANAH



 









OLEH :
DEDE YUDO KURNIAWAN
A1L011043
ASISTEN :
1.       RATRI NOORHIDAYATI
2.       SEPTIA LINDA NURVITA
3.       SOFFA
4.       NOVA MARGARETH


KEMENTERIAN PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012







 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tiap jenis tanah dan tipe tanah memiliki ciri yang khas dipandang dari sifat – sifat fisis maupun kimianya. Pada teori ini tanah memiliki horizon – horizon sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetis didalam tanah. Profil tanah ialah penampang vertical tanah dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawah tanah. Solum tanah adalah penampang tanah dimulai dari horizon A hingga horizon B. terdapatnya horizon – horizon pada tanah – tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu umumnya terdapat dalam perkembangan pembentukan profil tanah (Nurhajati Hakim).
Umumnya hampir semua profil – profil tanah telah memiliki dua atau lebih horizon utama. Sifat – sifat horizon itu diterangkan seperti berikut :
Horizon – horizon organik tanah – tanah mineral:
1. Terbentuk diatas tanah mineral.
2. Didominasi oleh bahan organik yang segar atau sebagian telah dilapuki.
3. Mengandung lebih dari 30% bahan organik jika fraksi mineral mengandung lebih dari 50% liat atau lebih dari 20% bahan organik jika fraksi mineral tidak mengandung liat.
Horizon – horizon mineral:
1. Horizon – horizon dimana bahan organik dikumulasikan atau berbentuk dekat permukaan tanah.
2. Horizon – horizon yang kehilangan liat, besi, atau alumunium dengan hasil resultannya berupa kuarsa atas mineral – mineral resisten yang lain.
3. Horizon – horizon ini didominasi oleh (1) atau (2) diatas, tetapi dapat pula berupa transisi kehorison B atau C dibawahnya.
Horizon yang memiliki satu atau lebih sifat:
1. Merupakan horizon illuvial, dalam mana terakumulasi liat silikat, besi, alumunium, atau humus secara sendiri – sendiri atau kombinasinya.
2. Konsentrasi sisa dari sosquioksidasi atau liat – liat silikat yang terbentuk dengan keluarnya dari horizon ini garam – garam karbonat atau garam – garam terlarut lainnya.
3. Mantel mineral – mineral sosquioksida telah cukup memberikan warna gelap, dibandingkan dengan warna horizon dibawah maupun diatasnya.
4. Alterasi dari bahan – bahan asalnya yang berupa struktur batuan misalnya, sehingga akibat alterasi itu terbentuklah liat – liat silikat, pembebasan oksida – oksida atau keduanya.
Adakalanya terjadi penumpukan liat atau oksida besi pada horizon B. jika pada horizon B itu terdapat banyak partikel – partikel liet, maka yang disebut tanah menunjukkan liat illuvial. Tanah spodosol ( podsol ) umumnya memiliki horizon B yang menunjukkan horizon itu banyak mengandung besi. Jka humus dan besi bersama terakumulasi pada tanah spodosol disebut horizon B ( Hardjawigono, 2003 ).
B.     Tujuan
Mengetahui profil tanah disuatu lahan.



BAB II
METODE KERJA

A.    Alat dan Bahan
Bor tanah, abney level ( clinometer ) untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku, botol semprot, kertas label, meteran, larutan H2O2 3 %, larutan HCL 10 %, larutan aa – dipridil dalam 1 N NH4Oac netral, aquades, buku Munsell Soil Colour Chart, Kantong plastik, spidol, buku pedoman pengamatan tanah di lapang dan daftar isian profil.

B.     Cara Kerja
1.      Memilih tempat pembuatan profil. Sebelumnya dilakukan dengan pengeboran ( boring ) di tempat – tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3 tempat berjarak 1 meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.
2.      Menggali lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2m, lebar 1,5 m, dan kedalaman 1,5. Di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga ( trap ) kebawah untuk memudahkan pengamat turun.









                             

BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Lembar ke – 1
Pemeta     :
No.apang : 1
Tanggal    : 22 maret 2012
Seri    :
Faso  :
Tanda satuan peta tanah :
Lembara n   :
Peta              :
Photo udara :

Propinsi      : Jawa Tengah
Kabupaten : Banyumas
Kecamatan : Purwokerto
Desa/kel.    : Karangwangkal

Ketinggian tempat : 90 dpl


Fisiografi              : Dataran
Bahan Induk        : Vulkan
Formasi Geologi : Allium A

RELIEF

Makro : Datar              Mikro : Datar 

LERENG
Tunggal  :                  Ganda     :
Bentuk   : Lurus               Panjang  : ±200 m
Arah       : Timur               Letak      :
DRAINASE
Permukaan  :                  Permeabilitas : sedang-cepat
Kedalaman   : ±157 m   Glei                   : tidak ada
Air tanah      :


BATUAN
Penyebaran 
-di permukaan  : 3     % dari penampang
-di lapisan ke     :         % dari penampang

Cuaca               :
Iklim                 :
Tipe ( kopen ) :
Curah hujan    :                mm/th
Bulan kering    :                bulan

Vegetasi   : asli/bukan asli
Dominan  : rumput/alang-alang

Spesialis  : Pisang
Besar    :   cm
Bentuk : bulat/sudut
Sifat      : homo/hetero
Jumlah : B/S/Sdkt
Kecil     :   cm
Bentuk: bulat/sudut
Sifat      : homo/hetero
Jumlah : B/S/Sdkt
EROSI
Jenis erosi                 :
Tingkatan                  :
Usaha pencegahan :

PENGGUNAAN TANAH
Lamanya :                     Tanaman utama :

Sumber air  :                              sistem tanam  :         
huJan/irigasi (teknis/sete-          rotasi/tumpang sari/
ngah teknis/non-teknis/             Monocrop/multicro-
Aduk/pompa/sumur                   ping
Kemampuan wilayah :
Posisi penampang bagan ( gambar )

Pemupukan  :                             Tanaman lain :
Jenis pupuk   :                            Hasil                :






Lembar ke – 2

Nomor Lapisan
1
2
3
4
5
6
Dalam Lapisan (cm)
45
15 - 34
34 - 55
55 - 84
34 - 42
42 - 150
Simbol Lapisan






Batas lapisan






Batas Topografi






Warna tanah ( Matriks)
10 YR 4/6
10 YR 4/6
10 YR 4/4
10 YR 4/3
10 YR 4/3

Tekstur Tanah






Kandungan bahan kasar
Kasar (konkresi/hablur/
Fragmen)


Struktur Tanah







Konsistensi
B      L        K
So    l         I
Ss    vf       s
S      f         sh
Vs    t         h
Po   vt       vh
Ps    et       eh
Vp
p
B      L       K
So    I        I
Ss     vf     s
S      f        sh
Vs     t       h
Po    vt      vh
Ps     et    eh
Vp
p
B     L      K    
So   I       l
Ss    Vf    s
S      f      sh
Vs    t      h
Po   Vt    vh
Ps    et    eh
Vp
P
B    L      K
So  l       l
Ss   vf    s
S     f      sh
Vs  t       h
Po  vt    vh
Ps   et    eh
Vp
p
B     L        K
So    l       l
Ss    vf      s
S      f        sh
Vs    t        h
Po   vt      vh
Ps    et      eh
Vp
p
B     L       K
So    l       l
Ss    vf     s
S      f       sh
Vs   t        h
Po   vt     vh
Ps    et     eh
Vp
p
  Jumlah       :
  Ukuran       :
Karatan : Bandingan :
   Batas         :
                  Bentuk     :
Sd    bi       ba
K      a         b
B      j          n
D     a          k
B      ba       li
Ap    pi        ti
Sd   bi      ba
K     a        b
b     j         n
d     a        k
b     ba     li
ap   pi      ti
Sd   bi    ba
K     a      b
b     j       n
d     a      k
b     ba    li
ap   pi     ti
Sd  bi    ba
K    a     b
b    j      n
d    a     k
b    ba   li
ap  pi    ti
Sd   bi      ba
k     a       b
b     j        n
d     a       k
b     ba     li
ap   pi      ti
Sd   bi    ba
K     a      b
b     j       n
d     a      k
b     ba    li
ap   pi     ti
pH tanah (lapang)






Reaksi terhadap HCL
Tanpa kapur
-           
-           
-           
-           
-           
Perakaran
halus                 Banyak         Sedang          Sedikit         Sampai
kasar                 banyak          sedang           sedikit          sampai
Epipedon
Molic/umbric/anthropic/plaggen/histic/ochric
Horison Penciri Bawah
Tanpa/argilic/natric/agric/spodic/cambric/oxic
Padas
Petrocalcic/petrogypsic/fragipan/duripan/placi

B.     Pembahasan
Pada praktikum pengenalan profil tanah dilakukan di daerah Karangwangkal, kecamatan Purwokerto Kabupaten Banyumas dan berletak di propinsi Jawa Tengah. Mempunyai ketinggian tempat pengamatan 90 m dpl, relief datar, dan lereng sepanjang ± 200 m.  Daerah Karangwangkal adalah daerah dimana kampus Pertanian Universitas Jenderal Soedirman ( UNSOED ) berada tepatnya di Jalan Dr. Soeparno, Karangwangkal. Wilayah Karangwangkal berada di bawah gunung Slamet, sehingga pada saat dilakukan pengangamatan terdapat bahan induknya yaitu vulkan.
Profil tanah adalah penampang melintang (vertical) tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanaha merupkan bagian dari profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah (horizon A dan B) (Hardjowigeno 1993). Horizon yang diberi symbol adalah horizon genetic yaitu lapisan-lapisan didalam tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuk sabagai hasil dari proses pembentukan tanah. Horizon genetic tidak setara dengan horizon penciri. Horizon genetic mencerminkan jenis perubahan sifat tanah yang telah terjadi akibat dari proses pembentukan tanah. Sedangkan horizon penciri adalah horoson genetic yang sifatnya dinyatkan secara kuantitatif dan digunakan sabagai penciri dalam klasifiaksi tanah. Ada enam horizon dan lapisan utama dalam tanah yang masing-masing diberi simbul dengan satu huruf capital yaitu (dari atas kebawah): O, A, E, B, C dan R (Soil survey Staff, 1990 dalam (Hardjowigeno 1993).
Horizon O merupakan horizon yang didominan oleh bahan organic, baik yang jenuh air, yang drainase sudah diperbiaki atau pun yang tidak pernah jenuh dari air. (Hardjowigeno, 1993). Pada lapisan ini merupakan lapisan yang memiliki sifat keremahan tinggi dan daya ikat air pun tinggi jika jumlah bahan organic didalamnya tinggi. Merupkan hal yang jika diatan lapisan ini juga banyak ditumbuhi oleh tumbuhan. Setelah lapisan (horizon) O, terdapat lapisan dengan kandungan mineral tinggi dan memiliki struktur lebih halus. Horizon mineral di permukaan tanah atau di bawah lapisan O dan mempunyai salah satu atau kedua sifat berikut. 1) merupakan akumulasi bahan organic halusyang tercampur dengan bahan mineral dan tidak didominan oleh sifat horizon E atau B. dan 2) menunjukan sifat sebagai hasil pengolahan tanah. Horizon mineral dengan sifat utama terjadi pencucian liat (clay), besi, alumunium atau kombinasinya, bahan organic, dan lain-lain sehingga tertinggal pasir dan debun umumnya berwarna pucat. Horizon A di atasnya atau horizon B di bawahnya. Beberapa sifat yang dimiliki oleh lapisan (horizon) dibawah A, E atau B menurut Hardjowigeno (1993) adalah sebagai berikut:
1. Terdapat penimbunan (alluvial) liat, besi, alumunium, humus, karbonat, gypsum atau silica (salah satu kombinasinya)
2. Ada bukti terjadinya pmindahan karbonat.
3. Penimbunan relatif (resual seskuioksida (Fe2 O3 dan Al2O3) akibat pencucian silica.
4. Selaput seskuioksida sehingga mempunyai warna dengan value lebih rendah, kroma lebih tinggi hue lebih rendah dari pada horizon di atas atau dibawahnya, tanpa adanya iluviasi besi.
5. Perubahan alterasi yang menghasilkan liat, atau membebaskan oksida atau kedua-duanya dan yang membentuk struktur granular, gumpal atau prismatic bila perubahan volume menyertai perubahan kelembapan tanah.
6. Mudah hancur atau rapuh (brittle) dan mempunyai bukti alterasi lain seperti stuktur prismatic atau ada akumulasi liat alluvial.
Lapisan atau hodrison, tidak termasuk batuan keras yang sedikit dipengaruhi oleh proses pendogenik dan tidak mempunyai sifat horizon O, A, E, atau B. bahan lapisan C dapa serupa ataupun tidak serupa dengan bahan yang membentuk solum diatasnya. Termasuk lapisan C adalah lahan endapan, batuan yang tidak padu (unsconsolidated), dan bahan geologi yang agak keras tetapi pecahan kering udara atau lebih kering dapat hancur dalam air selama 24 jam, sedangkan bila lembap digali dengan cangkul. Pada lapisan batu yang keras, pecahan kering udara atau lebih kering tidak dapat hancur bila terendam dengan air selam 24 jam, dan batuan yang lembap tidak dapat digali dengan cangkul. Batuan ini mungkin pecah-pecah tetapi jumlah retakan sedikit sehingga hanya sedikit akar yang dapat menembus lewat retakan.
Cara Pembuatan Profil Tanah
1. Tanah yang telah digali sebelumnya diamati, kemudian ambil tanah tersebut yang berbeda jarak horisonnya. Kemudian susun dan letakkan diatas Koran dari horizon atas hingga bawah.
2. Satu persatu horizon tanah diamati menggunakan buku Munsell Soil Color Chart kemudian hasilnya dicatat hasilnya dalam daftar isian profil.
3. Tanah dipotong sebagian / sedikit untuk melihat struktur tanah dan kemudian hasilnya dicatat.
4. Tanah dipotong lagi sebagian / sedikit dan dipijit dalam keadaan basah yang telah diberikan air untuk menentukan konsistensinya kemudian hasilnya dicatat.
5. Tanah dipotong lagi sebagian / sedikit kemudian  potongan tersebut dimasukkan kedalam botol semprot yang telah berisi akuades kemudian diamkan selama 15 menit, lalu PHnya diukur menggunakan PH saku. Hasilnya dicatat.
6. Tanah dipotong lagi sebagian / sedikit kemudian ditetesi yang pertama menggunakan HCl dan diamati yang terjadi. Tanah dipotong lagi sebagian / sedikit lalu yan kedua ditetesi menggunakan larutan H2O2 dan diamati yang terjadi serta hasilnya dicatat.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diperoleh hasil :
1.      Terdapat 5 lapisan yang akan diamati, masing – masing mempunyai kedalaman berbeda.
a.  Lapisan 1 mempunyai kedalaman 45 cm
b.  lapisan 2 kedalaman 15 – 34 cm diukur dari batas lapis 1
c.  lapisan 3 mempunyai kedalaman 34 – 55 diukur dari batas lapis 2
d. lapisan 4 mempunyai kedalaman 55 – 84 diukur dari batas lapis 3, ser ta lapisan yang terakhir yaitu
e. lapisan 5 mempunyai kedalaman 34 – 42 dari batas lapisan 4.
2.      Masing – masing lapisan mempunyai warna tanah yang berbeda yaitu :
a. lapisan 1 mempunyai notasi warna 10 YR 4/6,
b. lapisan 2 mempunyai  notasi warna 10 YR 4/6
c. lapisan 3 mempunyai notasi warna 10 YR 4/4
d.  lapisan 4 mempunyai notasi warna 10 YR 4/3, dan
e. lapisan 5 mempunyai notasi warna 10 YR 4/5. Data warna tersebut diamati dengan menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart.
3.      Dilihat dari teksturnya.
a.  lapisan 1 mempunyai tekstur sandy loam (lempung berpasir)
b.  lapisan 2 mempunyai tekstur sandy clay loam
c.  lapisan 3 mempunyai tekstur sandy loam
d.  lapisan 4 mempunyai tekstur sandy loam dan
e.  lapisan 5 mempunyai tekstur loamy sand.
4.      Pada struktur tanahnya .
a.       Lapisan 1 mempunyai struktur gumpal membulat, menyudut, ukuran sangat halus, derjat lunak.
b.      Lapisan 2 mempunyai struktur gumpal membulat, derajatlemah, ukuran halus.
c.       Lapisan 3 mempunyai struktur gumpal membulat, ukuran kasar, derajat cukupan.
d.      Lapisan 4 mempunyai struktur gumpal membulat, ukuran kasar, derajat kuat.
e.       Lapisan 5 mempunyai struktur gumpal membulat, ukuran sedang, derajat cukupan.
5.      Dari konsistensinya.
a.       Lapisan 1 mempunyai konsistensi tidak lekat tidak plastis.
b.      Lapisan 2 mempunyai konsistensi agak lekat agak plastis.
c.       Lapisan 3 mempunyai konsistensi tidak lekat tidak plastis.
d.      Lapisan 3 mempunyai konsistensi tidak lekat tidak plastis
e.       Lapisan 5 mempunyai konsistensi tidak lekat tidak plastis.
6.      Dilihat dari derajat keasaman (pH).
a.       Lapisan 1 mempunyai pH 4.
b.      Lapisan 2 mempunyai pH 4.
c.       Lapisan 3 mempunyai pH 5.
d.      Lapisan 4 mempunyai pH 4.
e.       La[isan 5 mempunyai pH 4.
7.      Dilihat dari kandungan bahan organik.
a.       Lapisan 1 mempunyai kandungan bahan organik + 1.
b.      Lapisan 2 mempunyai kandungan bahan organik + 1.
c.       Lapisan 3 mempunyai kandungan bahan organik + 2.
d.      Lapisan 4 mempunyai kandungan bahan organik + 4.
e.       Lapisan 5 mempunyai kandungan bahan organik + 3.
Dari data diatas yang mempunyai kandungan bahan organik tertinggi adalah lapisan 4, karena pada lapisan 4 ditemukan adanya bahan organik Mangan (Mn). Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar kandungan bahan organiknya digunakan larytan H2O2, dan akan membuih bila ditetesi pada tanah yang mengandung bahan organik. Disisi lain untuk menguji kandungan adanya kapur atau tidak dalam tanah digunakan larutan HCL. Sama halnya dengan H2O2, HCL pun demikian akan membuih pada tanah yang mengandung kapur.





8.      Dari segi perakaran.
a.       Lapisan 1 mempunyai perakaran sebesar 20 %.
b.      Lapisan 2 mempunyai perakaran sebesar 20 %.
c.       Lapisan 3 mempunyai perakaran sebesar 15 %.
d.      Lapisan 4 mempunyai perakaran sebesar 1 %
e.       Lapisan 5 tidak mempunyai perakaran karena letaknya yang terlalu dalam pada praktikum kali ini.
Klasifikasi Tanah
Di Indonesia, sejak tahun 1975 dikenal dengan tiga (3) sistem klasifikasi tanah yang banyak digunakan oleh Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Dinas Teknis dan Teknisi di lapangan, yaitu :
(1) Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo, 1957; Soepraptohardjo, 1961)
(2)  Sistem Klasifikasi Tanah Internasional, dikenal sebagai Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA, 1975; 2003)
(3)   Sistem FAO/UNESCO (1974).
Namun dalam perkembangan penggunaannya, Sistem Taksonomi Tanah sejak tahun 1988 lebih banyak digunakan, terutama oleh para peneliti dari Lembaga Penelitian Tanah (sekarang Balai Besai Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) dan Perguruan Tinggi sesuai dengan hasil keputusan Kongres Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. Sementara itu, Sistem Klasifiaski Tanah Nasional sudah hampir ditinggalkan penggunaannya. Walupun demikian, sistem tersebut masih eksis dan masih banyak digunakan terutama oleh para pengambil kebijakan dan praktisi lapangan di daerah. Keberadaan Sistem Klasifikasi Tanah Nasional merupakan ciri budaya bangsa dan menjadi tolok ukur tingkat perkembangan dan penguasaan teknologi tanah di suatu negara. Sistem nasional ini perlu dimiliki oleh setiap bangsa dan negara serta harus terus menerus dikembangkan sesuai dengan perkembangan IPTEK tanah (Dr D Subardja, M.Sc., peneliti di Kelti Genesis dan Klasifikasi Tanah, pada siaran di RPC tanggal 15 April 2009)
Klasifikasi Tanah Indonesia
Indonesia merupakan negara yang luas berbentuk kepulauan. Dengan demikian, setiap daerah memiliki jenis tanah yang tidak sama. Oleh sebab itu, mengingat pentingnya peran tanah bagi kehidupan, kita harus mengenal klasifikasi atau pengelompokkan tanah.
Berikut ini beberapa klasifikasi tanah di Indonesia antara lain :
a. Tanah humus, seperti namanya, tanah humus merupakan jenis tanah yang tidak diragukan kesuburannya. Tanah ini merupakan hasil pembusukan sisa-sisa pepohonan.
b. Tanah pasir, tanah berpasir identik dengan kegersangan sehingga tidak cocok dijadikan tempat bercocok tanam. Tekstur tanahnya berkerikil karena merupakan bentukan dari batuan beku dan batuan sedimen.
c. Tanah alluvial, tanah jenis ini disebut juga tanah endapan. Lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah akan membentuk tanah endapan. Umumnya, tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang baik sehingga dapat digunakan untuk bercocok tanam.
d. Tanah podzolit, sama seperti tanah endapan, tanah podzolit pun merupakan jenis tanah subur. Tanah di daerah pegunungan biasanya masuk dalam jenis tanah ini.
e. Tanah vulkanik, tanah ini memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga sangat subur. Tanah vulkanik dapat dikatakan hadiah dari letusan gunung berapi. Tanah vulkanik terdapat di daerah dekat lereng gunung berapi.
f. Tanah laterit, sebenarnya, tanah laterit merupakan jenis tanah yang subur. Curah hujan tinggi telah membuat unsur hara dari tanah ini larut sehingga kesuburannya hilang.
g. Tanah mediteran, tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batu kapur sehingga tanahnya tidak subur. Karena asal pembentukannya dari batu kapur, tanah mediteran disebut juga tanah kapur.
h. Tanah gambut, sesuai namanya, tanah gambut berada di sekitar rawa sehingga bahan dasarnya pun sudah pasti hasil pembusukan tanaman yang tumbuh di rawa. Tanah yang disebut sebagai tanah organosol ini tidak cocok dipakai sebagai lahan pertanian.
Klasifikasi Tanah Berdasarkan Soil Taxonomy
Salah satu sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal dengan nama: Soil Taxonomy (USDA, 1975; Soil Survey Satff, 1999; 2003). Sistem klasifikasi ini menggunakan enam (6) kateori, yaitu:
a. Ordo (Order)
b. Subordo (Sub-Order)
c. Grup (Great group)
d. Sub-grup (Subgroup)
e. Famili (Family)
f. Seri.
Ciri Pembeda Setiap Kategori:
Kategori Ordo Tanah:
Ordo tanah dibedakan berdasarkan ada tidaknya horison penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.
Sebagai contoh: suatu tanah yang memiliki horison argilik dan berkejenuhan basa lebih besar dari 35% termasuk ordo Alfisol. Sedangkan tanah lain yang memiliki horison argilik tetapi berkejenuhan basa kurang dari 35% termasuk ordo Ultisol.
Contoh tata nama tanah kategori Ordo: Ultisol.
(Keterangan: tanah memiliki horison argilik dan berkejenuhan basa kurang dari 35% serta telah mengalami perkembangan tanah tingkat akhir = Ultus). Nama ordo tanah Ultisol pada tata nama untuk kategori sub ordo akan digunakan singkatan dari nama ordo tersebut, yaitu: Ult merupakan singkatan dari ordo Ultisol).
Kategori Sub-ordo Tanah:
Sub-ordo tanah dibedakan berdasarkan perbedaan genetik tanah, misalnya: ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh:
(1) air
(2) regim kelembaban
(3) bahan iduk utama
(4) vegetasi. Sedangkan pembeda sub-ordo untuk tanah ordo histosol (tanah organik) adalah tingkat pelapukan dari bahan organik pembentuknya: fibris, hemis, dan safris.
Contoh tata nama tanah kategori Sub Ordo: Udult.
(Keterangan: tanah berordo Ultisol yang memiliki regim kelembaban yang selalu lembab dan tidak pernah kering yang disebut: Udus, sehingga digunakan singkatan kata penciri kelembaban ini yaitu: Ud. Kata Ud ditambahkan pada nama Ordo tanahUltisol yang telah disingkat Ult, menjadi kata untuk tata nama kategori sub-ordo, yaitu: Udult).
Kategori Great Group Tanah:
Great Group tanah dibedakan berdasarkan perbedaan:
(1) jenis
(2) tingkat perkembangan
(3) susunan horison
(4) kejenuhan basa
(5) regi suhu
(6) kelembaban
 (7) ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain, seperti: plinthite, fragipan, dan duripan.
Contoh tata nama tanah kategori Great Group: Fragiudult.
(Keterangan: tanah tersebut memiliki lapisan padas yang rapuh yang disebut Fragipan, sehingga ditambahkan singkatan kata dari Fragipan, yaitu: Fragi. Kata Fragi ditambahkan pada Sub Ordo: Udult, menjadi kata untuk tata nama kategori great group, yaitu: Fragiudult).
Kategori Sub Group Tanah:
Sub Group tanah dibedakan berdasarkan:
(1) sifat inti dari great group dan diberi nama Typic
(2) sifat-sifat tanah peralihan ke:
         (a ) great group lain,
         (b ) sub ordo lain
         (c ) ordo lain
         (d ) ke bukan tanah.
Contoh tata nama tanah kategori Sub Group: Aquic Fragiudult.
(keterangan: tanah tersebut memiliki sifat peralihan ke sub ordo Aquult karena kadang-kadang adanya pengaruh air, sehingga termasuk sub group Aquic).
Kategori Famili Tanah:
Famili tanah dibedakan berdasarkan sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian dan atau engineering, meliputi sifat tanah:
(1) sebaran besar butir
(2) susunan mineral liat
(3) regim temperatur pada kedalaman 50 cm.
Contoh tata nama tanah pada kategori Famili: Aquic Fragiudult, berliat halus, kaolinitik, isohipertermik.
(keterangan: Penciri Famili dari tanah ini adalah:
(1) susunan besar butir adalah berliat halus
(2) susunan mineral liat adalah didominasi oleh mineral liat kaolini
(3) regim temperatur adalah isohipertermik, yaitu suhu tanah lebih dari 22 derajat celsius dengan perbedaan suhu tanah musim panas dengan musim dingin kurang dari 5 derajat celsius).
Kategori Seri Tanah:
Seri tanah dibedakan berdasarkan:
 (1) jenis dan susunan horison,
 (2) warna
 (3) tekstur
 (4) struktur
 (5) konsistensi
(6) reaksi tanah dari masing-masing horison
(7) sifat-sifat kimia tanah lainnya
(8) sifat-sifat mineral dari masing-masing horison

Tabel Padanan Nama Tanah Menurut Klasifikasi

Sistem Dudol Soepraptohardjo
(1957 – 1961)
Modifikasi (1978 – 1982)
FAO UENE SCO (1974)
USDA Soil Taxonomy (1975-1990)
Tanah Aluvial
Tanah Aluvial
Fluvisol
-Entisol
-Inseptisol
Andosol
Andosol
Andosol
Andisol
Brown Forest Soil
Kambisol
Cambisol
Inseptisol
Grumusol
Grumusol
Vertisol
Vertisol
Latosol
-Kambisol
-Latosol
-Laterik
-Cambisol
-Nitosol
-Ferralsol

-Inseptisol
-Ultisol
-Oxisol
Litosol
Litosol
Litosol
Entisol( Lithic subgroup)
Mediteran
Mediteran
Luvisol
Alfisol/inceptisol

Organosol
Organosol
Histosol
Histosol
Podsol
Podsol
Podsol
Spodosol
Podsolik Merah Kuning
Podsolik
Acrisol
Ultisol
Podsolik Coklat
Kambisol
Cambisol
Inceptisol
Podsolik Coklat Kelabu
Podsolik
Acrisol
Ultisol
Regosol
Regosol
Regosol
Entisol/inceptisol
Renzina
Renzina
Renzina
Rendoll
-           
Ranker
Ranker
-           


                                       









BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
1.      Tiap – tiap lapisan pada profil tanah berbeda, mulai dari warna ; tekstur ; struktur ; konsistensi ; pH tanah dll.
2.      Pada lapisan tanah ke – 4 mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi karena pada lapisan tersebut ditemukan kandungan mangan ( Mn ).
3.      Untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah digunakan larutan H2O2 dan akan ditandai dengan keluarnya buih dari dalam tanah.
4.      Selain itu, ada juga larutan HCL yang digunakan untuk mengetahui kandungan kapur dari dalam tanah, sama halnya dengan H2O2 ditandai dengan keluarnya buih dari dalam tanah.





















DAFTAR PUSTAKA

Dudal, R. Dan M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification in Indonesia. Contr. Gen. Agr. Res. Sta. No. 148 : Bogor
FAO/UNESCO. 1974. Soil Map of The World. Legend UNESCO : Paris
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta
Soil Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy. Agr. Handbook. No 436, Second edition, NRCS – USDA. Washington DC.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar