LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
ACARA VI
PENGENALAN PROFIL TANAH
OLEH :
DEDE YUDO KURNIAWAN
A1L011043
ASISTEN :
1. RATRI NOORHIDAYATI
2. SEPTIA LINDA NURVITA
3. SOFFA
4. NOVA MARGARETH
KEMENTERIAN PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiap
jenis tanah dan tipe tanah memiliki ciri yang khas dipandang dari sifat – sifat
fisis maupun kimianya. Pada teori ini tanah memiliki horizon – horizon sebagai
akibat berlangsungnya evolusi genetis didalam tanah. Profil tanah ialah
penampang vertical tanah dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan
induk dibawah tanah. Solum tanah adalah penampang tanah dimulai dari horizon A
hingga horizon B. terdapatnya horizon – horizon pada tanah – tanah yang
memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu
umumnya terdapat dalam perkembangan pembentukan profil tanah (Nurhajati Hakim).
Umumnya
hampir semua profil – profil tanah telah memiliki dua atau lebih horizon utama.
Sifat – sifat horizon itu diterangkan seperti berikut :
Horizon
– horizon organik tanah – tanah mineral:
1.
Terbentuk diatas tanah mineral.
2.
Didominasi oleh bahan organik yang segar atau sebagian telah dilapuki.
3.
Mengandung lebih dari 30% bahan organik jika fraksi mineral mengandung lebih
dari 50% liat atau lebih dari 20% bahan organik jika fraksi mineral tidak
mengandung liat.
Horizon
– horizon mineral:
1.
Horizon – horizon dimana bahan organik dikumulasikan atau berbentuk dekat
permukaan tanah.
2.
Horizon – horizon yang kehilangan liat, besi, atau alumunium dengan hasil
resultannya berupa kuarsa atas mineral – mineral resisten yang lain.
3.
Horizon – horizon ini didominasi oleh (1) atau (2) diatas, tetapi dapat pula
berupa transisi kehorison B atau C dibawahnya.
Horizon
yang memiliki satu atau lebih sifat:
1.
Merupakan horizon illuvial, dalam mana terakumulasi liat silikat, besi,
alumunium, atau humus secara sendiri – sendiri atau kombinasinya.
2.
Konsentrasi sisa dari sosquioksidasi atau liat – liat silikat yang terbentuk
dengan keluarnya dari horizon ini garam – garam karbonat atau garam – garam
terlarut lainnya.
3.
Mantel mineral – mineral sosquioksida telah cukup memberikan warna gelap,
dibandingkan dengan warna horizon dibawah maupun diatasnya.
4.
Alterasi dari bahan – bahan asalnya yang berupa struktur batuan misalnya,
sehingga akibat alterasi itu terbentuklah liat – liat silikat, pembebasan
oksida – oksida atau keduanya.
Adakalanya
terjadi penumpukan liat atau oksida besi pada horizon B. jika pada horizon B
itu terdapat banyak partikel – partikel liet, maka yang disebut tanah
menunjukkan liat illuvial. Tanah spodosol ( podsol ) umumnya memiliki horizon B
yang menunjukkan horizon itu banyak mengandung besi. Jka humus dan besi bersama
terakumulasi pada tanah spodosol disebut horizon B ( Hardjawigono, 2003 ).
B. Tujuan
Mengetahui
profil tanah disuatu lahan.
BAB II
METODE KERJA
A.
Alat
dan Bahan
Bor tanah, abney level ( clinometer )
untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku, botol semprot,
kertas label, meteran, larutan H2O2 3 %, larutan HCL 10 %, larutan aa –
dipridil dalam 1 N NH4Oac netral, aquades, buku Munsell Soil Colour Chart,
Kantong plastik, spidol, buku pedoman pengamatan tanah di lapang dan daftar
isian profil.
B.
Cara
Kerja
1. Memilih
tempat pembuatan profil. Sebelumnya dilakukan dengan pengeboran ( boring ) di
tempat – tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3
tempat berjarak 1 meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.
2. Menggali
lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang
2m, lebar 1,5 m, dan kedalaman 1,5. Di depan bidang pengamatan profil dibuat
tangga ( trap ) kebawah untuk memudahkan pengamat turun.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Lembar ke – 1
Pemeta :
No.apang : 1
Tanggal : 22 maret 2012
|
Seri :
Faso :
|
Tanda satuan
peta tanah :
|
|
Lembara n :
Peta :
Photo udara :
Propinsi : Jawa Tengah
Kabupaten :
Banyumas
Kecamatan :
Purwokerto
Desa/kel. : Karangwangkal
Ketinggian
tempat : 90 dpl
|
Fisiografi : Dataran
Bahan
Induk : Vulkan
Formasi
Geologi : Allium A
RELIEF
Makro : Datar Mikro : Datar
LERENG
Tunggal : Ganda :
Bentuk : Lurus Panjang : ±200 m
Arah : Timur Letak :
DRAINASE
Permukaan : Permeabilitas :
sedang-cepat
Kedalaman : ±157 m
Glei : tidak
ada
Air
tanah :
BATUAN
Penyebaran
-di
permukaan : 3 % dari penampang
-di
lapisan ke : % dari penampang
|
||
Cuaca :
Iklim :
Tipe ( kopen )
:
Curah
hujan : mm/th
Bulan
kering : bulan
|
|||
Vegetasi : asli/bukan asli
Dominan : rumput/alang-alang
Spesialis : Pisang
|
Besar :
cm
Bentuk :
bulat/sudut
Sifat : homo/hetero
Jumlah :
B/S/Sdkt
|
Kecil :
cm
Bentuk:
bulat/sudut
Sifat : homo/hetero
Jumlah :
B/S/Sdkt
|
|
EROSI
Jenis erosi :
Tingkatan :
Usaha
pencegahan :
|
PENGGUNAAN
TANAH
Lamanya : Tanaman utama :
Sumber
air : sistem
tanam :
huJan/irigasi (teknis/sete- rotasi/tumpang sari/
ngah teknis/non-teknis/ Monocrop/multicro-
Aduk/pompa/sumur ping
|
||
Kemampuan
wilayah :
Posisi
penampang bagan ( gambar )
|
Pemupukan : Tanaman
lain :
Jenis pupuk : Hasil :
|
||
Lembar
ke – 2
Nomor Lapisan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Dalam Lapisan
(cm)
|
45
|
15 - 34
|
34 - 55
|
55 - 84
|
34 - 42
|
42 - 150
|
Simbol Lapisan
|
|
|
|
|
|
|
Batas lapisan
|
|
|
|
|
|
|
Batas
Topografi
|
|
|
|
|
|
|
Warna tanah (
Matriks)
|
10 YR 4/6
|
10 YR 4/6
|
10 YR 4/4
|
10 YR 4/3
|
10 YR 4/3
|
|
Tekstur Tanah
|
|
|
|
|
|
|
Kandungan
bahan kasar
Kasar
(konkresi/hablur/
Fragmen)
|
|
|
|
|
|
|
Struktur
Tanah
|
|
|
|
|
|
|
Konsistensi
|
B L
K
So l
I
Ss vf
s
S f sh
Vs t
h
Po vt
vh
Ps et
eh
Vp
p
|
B L
K
So I
I
Ss vf
s
S f
sh
Vs t
h
Po vt
vh
Ps et
eh
Vp
p
|
B L
K
So I
l
Ss Vf
s
S f
sh
Vs t
h
Po Vt
vh
Ps et
eh
Vp
P
|
B L
K
So l
l
Ss vf
s
S f
sh
Vs t
h
Po vt
vh
Ps et
eh
Vp
p
|
B L
K
So l
l
Ss vf
s
S f
sh
Vs t
h
Po vt
vh
Ps et
eh
Vp
p
|
B L
K
So l
l
Ss vf
s
S f
sh
Vs t
h
Po vt
vh
Ps et
eh
Vp
p
|
Jumlah
:
Ukuran :
Karatan
: Bandingan :
Batas :
Bentuk :
|
Sd bi
ba
K a b
B j n
D a k
B ba
li
Ap pi
ti
|
Sd bi
ba
K a
b
b j
n
d a
k
b ba
li
ap pi
ti
|
Sd bi
ba
K a
b
b j
n
d a
k
b ba
li
ap pi
ti
|
Sd bi
ba
K a
b
b j
n
d a
k
b ba
li
ap pi
ti
|
Sd bi
ba
k a
b
b j
n
d a
k
b ba
li
ap pi
ti
|
Sd bi
ba
K a
b
b j
n
d a
k
b ba
li
ap pi
ti
|
pH tanah
(lapang)
|
|
|
|
|
|
|
Reaksi
terhadap HCL
|
Tanpa kapur
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Perakaran
|
halus Banyak Sedang Sedikit Sampai
kasar banyak sedang sedikit sampai
|
|||||
Epipedon
|
Molic/umbric/anthropic/plaggen/histic/ochric
|
|||||
Horison
Penciri Bawah
|
Tanpa/argilic/natric/agric/spodic/cambric/oxic
|
|||||
Padas
|
Petrocalcic/petrogypsic/fragipan/duripan/placi
|
B.
Pembahasan
Pada
praktikum pengenalan profil tanah dilakukan di daerah Karangwangkal, kecamatan
Purwokerto Kabupaten Banyumas dan berletak di propinsi Jawa Tengah. Mempunyai
ketinggian tempat pengamatan 90 m dpl, relief datar, dan lereng sepanjang ± 200
m. Daerah Karangwangkal adalah daerah
dimana kampus Pertanian Universitas Jenderal Soedirman ( UNSOED ) berada
tepatnya di Jalan Dr. Soeparno, Karangwangkal. Wilayah Karangwangkal berada di
bawah gunung Slamet, sehingga pada saat dilakukan pengangamatan terdapat bahan
induknya yaitu vulkan.
Profil tanah
adalah penampang melintang (vertical) tanah yang terdiri dari lapisan tanah
(solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanaha merupkan bagian dari profil tanah
yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah (horizon A dan B) (Hardjowigeno
1993). Horizon yang diberi symbol adalah horizon genetic yaitu lapisan-lapisan
didalam tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuk
sabagai hasil dari proses pembentukan tanah. Horizon genetic tidak setara
dengan horizon penciri. Horizon genetic mencerminkan jenis perubahan sifat
tanah yang telah terjadi akibat dari proses pembentukan tanah. Sedangkan
horizon penciri adalah horoson genetic yang sifatnya dinyatkan secara
kuantitatif dan digunakan sabagai penciri dalam klasifiaksi tanah. Ada enam
horizon dan lapisan utama dalam tanah yang masing-masing diberi simbul dengan
satu huruf capital yaitu (dari atas kebawah): O, A, E, B, C dan R (Soil survey
Staff, 1990 dalam (Hardjowigeno 1993).
Horizon
O merupakan horizon yang didominan oleh bahan organic, baik yang jenuh air,
yang drainase sudah diperbiaki atau pun yang tidak pernah jenuh dari air.
(Hardjowigeno, 1993). Pada lapisan ini merupakan lapisan yang memiliki sifat
keremahan tinggi dan daya ikat air pun tinggi jika jumlah bahan organic
didalamnya tinggi. Merupkan hal yang jika diatan lapisan ini juga banyak
ditumbuhi oleh tumbuhan. Setelah lapisan (horizon) O, terdapat lapisan dengan
kandungan mineral tinggi dan memiliki struktur lebih halus. Horizon mineral di
permukaan tanah atau di bawah lapisan O dan mempunyai salah satu atau kedua
sifat berikut. 1) merupakan akumulasi bahan organic halusyang tercampur dengan
bahan mineral dan tidak didominan oleh sifat horizon E atau B. dan 2)
menunjukan sifat sebagai hasil pengolahan tanah. Horizon mineral dengan sifat
utama terjadi pencucian liat (clay), besi, alumunium atau kombinasinya, bahan
organic, dan lain-lain sehingga tertinggal pasir dan debun umumnya berwarna
pucat. Horizon A di atasnya atau horizon B di bawahnya. Beberapa sifat yang
dimiliki oleh lapisan (horizon) dibawah A, E atau B menurut Hardjowigeno (1993)
adalah sebagai berikut:
1.
Terdapat penimbunan (alluvial) liat, besi, alumunium, humus, karbonat, gypsum
atau silica (salah satu kombinasinya)
2.
Ada bukti terjadinya pmindahan karbonat.
3.
Penimbunan relatif (resual seskuioksida (Fe2 O3 dan Al2O3) akibat pencucian
silica.
4.
Selaput seskuioksida sehingga mempunyai warna dengan value lebih rendah, kroma
lebih tinggi hue lebih rendah dari pada horizon di atas atau dibawahnya, tanpa
adanya iluviasi besi.
5.
Perubahan alterasi yang menghasilkan liat, atau membebaskan oksida atau
kedua-duanya dan yang membentuk struktur granular, gumpal atau prismatic bila
perubahan volume menyertai perubahan kelembapan tanah.
6.
Mudah hancur atau rapuh (brittle) dan mempunyai bukti alterasi lain seperti
stuktur prismatic atau ada akumulasi liat alluvial.
Lapisan
atau hodrison, tidak termasuk batuan keras yang sedikit dipengaruhi oleh proses
pendogenik dan tidak mempunyai sifat horizon O, A, E, atau B. bahan lapisan C
dapa serupa ataupun tidak serupa dengan bahan yang membentuk solum diatasnya.
Termasuk lapisan C adalah lahan endapan, batuan yang tidak padu
(unsconsolidated), dan bahan geologi yang agak keras tetapi pecahan kering
udara atau lebih kering dapat hancur dalam air selama 24 jam, sedangkan bila
lembap digali dengan cangkul. Pada lapisan batu yang keras, pecahan kering
udara atau lebih kering tidak dapat hancur bila terendam dengan air selam 24
jam, dan batuan yang lembap tidak dapat digali dengan cangkul. Batuan ini
mungkin pecah-pecah tetapi jumlah retakan sedikit sehingga hanya sedikit akar
yang dapat menembus lewat retakan.
Cara Pembuatan Profil Tanah
1.
Tanah yang telah digali sebelumnya diamati, kemudian ambil tanah tersebut yang
berbeda jarak horisonnya. Kemudian susun dan letakkan diatas Koran dari horizon
atas hingga bawah.
2.
Satu persatu horizon tanah diamati menggunakan buku Munsell Soil Color Chart
kemudian hasilnya dicatat hasilnya dalam daftar isian profil.
3.
Tanah dipotong sebagian / sedikit untuk melihat struktur tanah dan kemudian
hasilnya dicatat.
4.
Tanah dipotong lagi sebagian / sedikit dan dipijit dalam keadaan basah yang
telah diberikan air untuk menentukan konsistensinya kemudian hasilnya dicatat.
5.
Tanah dipotong lagi sebagian / sedikit kemudian
potongan tersebut dimasukkan kedalam botol semprot yang telah berisi
akuades kemudian diamkan selama 15 menit, lalu PHnya diukur menggunakan PH
saku. Hasilnya dicatat.
6.
Tanah dipotong lagi sebagian / sedikit kemudian ditetesi yang pertama
menggunakan HCl dan diamati yang terjadi. Tanah dipotong lagi sebagian /
sedikit lalu yan kedua ditetesi menggunakan larutan H2O2 dan diamati yang
terjadi serta hasilnya dicatat.
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan dapat diperoleh hasil :
1.
Terdapat 5 lapisan yang akan diamati,
masing – masing mempunyai kedalaman berbeda.
a. Lapisan 1 mempunyai kedalaman 45 cm
b. lapisan 2 kedalaman 15 – 34 cm diukur dari
batas lapis 1
c. lapisan 3 mempunyai kedalaman 34 – 55 diukur
dari batas lapis 2
d. lapisan 4 mempunyai
kedalaman 55 – 84 diukur dari batas lapis 3, ser ta lapisan yang terakhir yaitu
e. lapisan 5 mempunyai
kedalaman 34 – 42 dari batas lapisan 4.
2.
Masing – masing lapisan mempunyai warna
tanah yang berbeda yaitu :
a. lapisan 1 mempunyai
notasi warna 10 YR 4/6,
b. lapisan 2 mempunyai notasi warna 10 YR 4/6
c. lapisan 3 mempunyai
notasi warna 10 YR 4/4
d. lapisan 4 mempunyai notasi warna 10 YR 4/3,
dan
e. lapisan 5 mempunyai
notasi warna 10 YR 4/5. Data warna tersebut diamati dengan menggunakan buku
Munsell Soil Colour Chart.
3.
Dilihat dari teksturnya.
a. lapisan 1 mempunyai tekstur sandy loam
(lempung berpasir)
b. lapisan 2 mempunyai tekstur sandy clay loam
c. lapisan 3 mempunyai tekstur sandy loam
d. lapisan 4 mempunyai tekstur sandy loam dan
e. lapisan 5 mempunyai tekstur loamy sand.
4.
Pada struktur tanahnya .
a.
Lapisan 1 mempunyai struktur gumpal
membulat, menyudut, ukuran sangat halus, derjat lunak.
b.
Lapisan 2 mempunyai struktur gumpal
membulat, derajatlemah, ukuran halus.
c.
Lapisan 3 mempunyai struktur gumpal
membulat, ukuran kasar, derajat cukupan.
d.
Lapisan 4 mempunyai struktur gumpal
membulat, ukuran kasar, derajat kuat.
e.
Lapisan 5 mempunyai struktur gumpal
membulat, ukuran sedang, derajat cukupan.
5.
Dari konsistensinya.
a.
Lapisan 1 mempunyai konsistensi tidak
lekat tidak plastis.
b.
Lapisan 2 mempunyai konsistensi agak
lekat agak plastis.
c.
Lapisan 3 mempunyai konsistensi tidak
lekat tidak plastis.
d.
Lapisan 3 mempunyai konsistensi tidak
lekat tidak plastis
e.
Lapisan 5 mempunyai konsistensi tidak
lekat tidak plastis.
6.
Dilihat dari derajat keasaman (pH).
a.
Lapisan 1 mempunyai pH 4.
b.
Lapisan 2 mempunyai pH 4.
c.
Lapisan 3 mempunyai pH 5.
d.
Lapisan 4 mempunyai pH 4.
e.
La[isan 5 mempunyai pH 4.
7.
Dilihat dari kandungan bahan organik.
a.
Lapisan 1 mempunyai kandungan bahan
organik + 1.
b.
Lapisan 2 mempunyai kandungan bahan
organik + 1.
c.
Lapisan 3 mempunyai kandungan bahan
organik + 2.
d.
Lapisan 4 mempunyai kandungan bahan
organik + 4.
e.
Lapisan 5 mempunyai kandungan bahan
organik + 3.
Dari data diatas yang
mempunyai kandungan bahan organik tertinggi adalah lapisan 4, karena pada
lapisan 4 ditemukan adanya bahan organik Mangan (Mn). Sedangkan untuk
mengetahui seberapa besar kandungan bahan organiknya digunakan larytan H2O2,
dan akan membuih bila ditetesi pada tanah yang mengandung bahan organik. Disisi
lain untuk menguji kandungan adanya kapur atau tidak dalam tanah digunakan
larutan HCL. Sama halnya dengan H2O2, HCL pun demikian akan membuih pada tanah
yang mengandung kapur.
8.
Dari segi perakaran.
a.
Lapisan 1 mempunyai perakaran sebesar 20
%.
b.
Lapisan 2 mempunyai perakaran sebesar 20
%.
c.
Lapisan 3 mempunyai perakaran sebesar 15
%.
d.
Lapisan 4 mempunyai perakaran sebesar 1
%
e.
Lapisan 5 tidak mempunyai perakaran
karena letaknya yang terlalu dalam pada praktikum kali ini.
Klasifikasi Tanah
Di
Indonesia, sejak tahun 1975 dikenal dengan tiga (3) sistem klasifikasi tanah
yang banyak digunakan oleh Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Dinas Teknis
dan Teknisi di lapangan, yaitu :
(1)
Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo, 1957;
Soepraptohardjo, 1961)
(2) Sistem Klasifikasi Tanah Internasional,
dikenal sebagai Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA, 1975; 2003)
(3) Sistem FAO/UNESCO (1974).
Namun
dalam perkembangan penggunaannya, Sistem Taksonomi Tanah sejak tahun 1988 lebih
banyak digunakan, terutama oleh para peneliti dari Lembaga Penelitian Tanah
(sekarang Balai Besai Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) dan Perguruan Tinggi
sesuai dengan hasil keputusan Kongres Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia.
Sementara itu, Sistem Klasifiaski Tanah Nasional sudah hampir ditinggalkan
penggunaannya. Walupun demikian, sistem tersebut masih eksis dan masih banyak
digunakan terutama oleh para pengambil kebijakan dan praktisi lapangan di
daerah. Keberadaan Sistem Klasifikasi Tanah Nasional merupakan ciri budaya
bangsa dan menjadi tolok ukur tingkat perkembangan dan penguasaan teknologi
tanah di suatu negara. Sistem nasional ini perlu dimiliki oleh setiap bangsa
dan negara serta harus terus menerus dikembangkan sesuai dengan perkembangan
IPTEK tanah (Dr D Subardja, M.Sc., peneliti di Kelti Genesis dan Klasifikasi
Tanah, pada siaran di RPC tanggal 15 April 2009)
Klasifikasi Tanah Indonesia
Indonesia
merupakan negara yang luas berbentuk kepulauan. Dengan demikian, setiap daerah
memiliki jenis tanah yang tidak sama. Oleh sebab itu, mengingat pentingnya
peran tanah bagi kehidupan, kita harus mengenal klasifikasi atau pengelompokkan
tanah.
Berikut
ini beberapa klasifikasi tanah di Indonesia antara lain :
a.
Tanah humus, seperti namanya, tanah humus merupakan jenis tanah yang tidak
diragukan kesuburannya. Tanah ini merupakan hasil pembusukan sisa-sisa
pepohonan.
b.
Tanah pasir, tanah berpasir identik dengan kegersangan sehingga tidak cocok
dijadikan tempat bercocok tanam. Tekstur tanahnya berkerikil karena merupakan
bentukan dari batuan beku dan batuan sedimen.
c.
Tanah alluvial, tanah jenis ini disebut juga tanah endapan. Lumpur sungai yang
mengendap di dataran rendah akan membentuk tanah endapan. Umumnya, tanah ini
memiliki tingkat kesuburan yang baik sehingga dapat digunakan untuk bercocok
tanam.
d.
Tanah podzolit, sama seperti tanah endapan, tanah podzolit pun merupakan jenis
tanah subur. Tanah di daerah pegunungan biasanya masuk dalam jenis tanah ini.
e.
Tanah vulkanik, tanah ini memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga
sangat subur. Tanah vulkanik dapat dikatakan hadiah dari letusan gunung berapi.
Tanah vulkanik terdapat di daerah dekat lereng gunung berapi.
f.
Tanah laterit, sebenarnya, tanah laterit merupakan jenis tanah yang subur.
Curah hujan tinggi telah membuat unsur hara dari tanah ini larut sehingga
kesuburannya hilang.
g.
Tanah mediteran, tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batu kapur sehingga
tanahnya tidak subur. Karena asal pembentukannya dari batu kapur, tanah
mediteran disebut juga tanah kapur.
h.
Tanah gambut, sesuai namanya, tanah gambut berada di sekitar rawa sehingga
bahan dasarnya pun sudah pasti hasil pembusukan tanaman yang tumbuh di rawa.
Tanah yang disebut sebagai tanah organosol ini tidak cocok dipakai sebagai
lahan pertanian.
Klasifikasi Tanah Berdasarkan Soil
Taxonomy
Salah
satu sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal
dengan nama: Soil Taxonomy (USDA, 1975; Soil Survey Satff, 1999; 2003). Sistem
klasifikasi ini menggunakan enam (6) kateori, yaitu:
a.
Ordo (Order)
b.
Subordo (Sub-Order)
c.
Grup (Great group)
d.
Sub-grup (Subgroup)
e.
Famili (Family)
f.
Seri.
Ciri
Pembeda Setiap Kategori:
Kategori Ordo Tanah:
Ordo
tanah dibedakan berdasarkan ada tidaknya horison penciri serta jenis (sifat)
dari horison penciri tersebut.
Sebagai
contoh: suatu tanah yang memiliki horison argilik dan berkejenuhan basa lebih
besar dari 35% termasuk ordo Alfisol. Sedangkan tanah lain yang memiliki
horison argilik tetapi berkejenuhan basa kurang dari 35% termasuk ordo Ultisol.
Contoh
tata nama tanah kategori Ordo: Ultisol.
(Keterangan:
tanah memiliki horison argilik dan berkejenuhan basa kurang dari 35% serta
telah mengalami perkembangan tanah tingkat akhir = Ultus). Nama ordo tanah
Ultisol pada tata nama untuk kategori sub ordo akan digunakan singkatan dari
nama ordo tersebut, yaitu: Ult merupakan singkatan dari ordo Ultisol).
Kategori Sub-ordo Tanah:
Sub-ordo
tanah dibedakan berdasarkan perbedaan genetik tanah, misalnya: ada tidaknya
sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh:
(1)
air
(2)
regim kelembaban
(3)
bahan iduk utama
(4)
vegetasi. Sedangkan pembeda sub-ordo untuk tanah ordo histosol (tanah organik)
adalah tingkat pelapukan dari bahan organik pembentuknya: fibris, hemis, dan
safris.
Contoh
tata nama tanah kategori Sub Ordo: Udult.
(Keterangan:
tanah berordo Ultisol yang memiliki regim kelembaban yang selalu lembab dan
tidak pernah kering yang disebut: Udus, sehingga digunakan singkatan kata
penciri kelembaban ini yaitu: Ud. Kata Ud ditambahkan pada nama Ordo
tanahUltisol yang telah disingkat Ult, menjadi kata untuk tata nama kategori
sub-ordo, yaitu: Udult).
Kategori Great Group Tanah:
Great
Group tanah dibedakan berdasarkan perbedaan:
(1)
jenis
(2)
tingkat perkembangan
(3)
susunan horison
(4)
kejenuhan basa
(5)
regi suhu
(6)
kelembaban
(7) ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain,
seperti: plinthite, fragipan, dan duripan.
Contoh
tata nama tanah kategori Great Group: Fragiudult.
(Keterangan:
tanah tersebut memiliki lapisan padas yang rapuh yang disebut Fragipan,
sehingga ditambahkan singkatan kata dari Fragipan, yaitu: Fragi. Kata Fragi
ditambahkan pada Sub Ordo: Udult, menjadi kata untuk tata nama kategori great
group, yaitu: Fragiudult).
Kategori Sub Group Tanah:
Sub
Group tanah dibedakan berdasarkan:
(1)
sifat inti dari great group dan diberi nama Typic
(2)
sifat-sifat tanah peralihan ke:
(a ) great group lain,
(b ) sub ordo lain
(c ) ordo lain
(d ) ke bukan tanah.
Contoh
tata nama tanah kategori Sub Group: Aquic Fragiudult.
(keterangan:
tanah tersebut memiliki sifat peralihan ke sub ordo Aquult karena kadang-kadang
adanya pengaruh air, sehingga termasuk sub group Aquic).
Kategori Famili Tanah:
Famili
tanah dibedakan berdasarkan sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian dan
atau engineering, meliputi sifat tanah:
(1)
sebaran besar butir
(2)
susunan mineral liat
(3)
regim temperatur pada kedalaman 50 cm.
Contoh
tata nama tanah pada kategori Famili: Aquic Fragiudult, berliat halus,
kaolinitik, isohipertermik.
(keterangan:
Penciri Famili dari tanah ini adalah:
(1)
susunan besar butir adalah berliat halus
(2)
susunan mineral liat adalah didominasi oleh mineral liat kaolini
(3)
regim temperatur adalah isohipertermik, yaitu suhu tanah lebih dari 22 derajat
celsius dengan perbedaan suhu tanah musim panas dengan musim dingin kurang dari
5 derajat celsius).
Kategori Seri Tanah:
Seri
tanah dibedakan berdasarkan:
(1) jenis dan susunan horison,
(2) warna
(3) tekstur
(4) struktur
(5) konsistensi
(6)
reaksi tanah dari masing-masing horison
(7)
sifat-sifat kimia tanah lainnya
(8)
sifat-sifat mineral dari masing-masing horison
Tabel Padanan Nama Tanah Menurut
Klasifikasi
Sistem Dudol Soepraptohardjo
(1957 – 1961)
|
Modifikasi (1978 – 1982)
|
FAO UENE SCO (1974)
|
USDA Soil Taxonomy (1975-1990)
|
Tanah Aluvial
|
Tanah Aluvial
|
Fluvisol
|
-Entisol
-Inseptisol
|
Andosol
|
Andosol
|
Andosol
|
Andisol
|
Brown Forest
Soil
|
Kambisol
|
Cambisol
|
Inseptisol
|
Grumusol
|
Grumusol
|
Vertisol
|
Vertisol
|
Latosol
|
-Kambisol
-Latosol
-Laterik
|
-Cambisol
-Nitosol
-Ferralsol
|
-Inseptisol
-Ultisol
-Oxisol
|
Litosol
|
Litosol
|
Litosol
|
Entisol(
Lithic subgroup)
|
Mediteran
|
Mediteran
|
Luvisol
|
Alfisol/inceptisol
|
Organosol
|
Organosol
|
Histosol
|
Histosol
|
Podsol
|
Podsol
|
Podsol
|
Spodosol
|
Podsolik Merah
Kuning
|
Podsolik
|
Acrisol
|
Ultisol
|
Podsolik
Coklat
|
Kambisol
|
Cambisol
|
Inceptisol
|
Podsolik
Coklat Kelabu
|
Podsolik
|
Acrisol
|
Ultisol
|
Regosol
|
Regosol
|
Regosol
|
Entisol/inceptisol
|
Renzina
|
Renzina
|
Renzina
|
Rendoll
|
-
|
Ranker
|
Ranker
|
-
|
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
1. Tiap
– tiap lapisan pada profil tanah berbeda, mulai dari warna ; tekstur ; struktur
; konsistensi ; pH tanah dll.
2. Pada
lapisan tanah ke – 4 mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi karena pada
lapisan tersebut ditemukan kandungan mangan ( Mn ).
3. Untuk
mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah digunakan larutan H2O2
dan akan ditandai dengan keluarnya buih dari dalam tanah.
4. Selain
itu, ada juga larutan HCL yang digunakan untuk mengetahui kandungan kapur dari
dalam tanah, sama halnya dengan H2O2 ditandai dengan
keluarnya buih dari dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Dudal, R. Dan M. Soepraptohardjo.
1957. Soil Classification in Indonesia. Contr. Gen. Agr. Res. Sta. No. 148 :
Bogor
FAO/UNESCO. 1974. Soil Map of The
World. Legend UNESCO : Paris
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo : Jakarta
http://haryanthogeo.blogspot.com/2011/10/klasifikasi-tanah-di-indonesia.html. Diakses tanggal 28 Maret 2012
http://zensudarno.wordpress.com/2007/12/12/padanan-nama-tanah-menurut-sistem-klasifikasi-tanah-disederhanakan/. Diakses tanggal 28 Maret 2012
Soil
Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy. Agr. Handbook. No 436, Second edition, NRCS
– USDA. Washington DC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar