Rabu, 25 April 2012

Laporan Pengamatan Tanah Dengan Indra


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
ACARA IV
PENGAMATAN TANAH DENGAN INDRA



 









OLEH :
DEDE YUDO KURNIAWAN
A1L011043
ASISTEN :
1.       RATRI NOORHIDAYATI
2.       SEPTIA LINDA NURVITA
3.       SOFFA
4.       NOVA MARGARETH


KEMENTERIAN PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah  sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu.
Tanah adalah  akumulasi tubuh tanah alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai  akibat  pengaruh  iklim dan jasad  hidup yang  bertindak  terhadap bahan induk  dalam  keadaan  relief  tertentu  selama  jangka  waktu  tertentu  pula. Ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam yang  masih  muda,  sehingga  masih belum lengkap  untuk   menampung  semua   persoalan   teori  dan  praktek  dengan memuaskan. Untuk  membahas  ilmu ini dapat ditempuh dua jalan yang  berbeda dalam sudut pandangnya adalah :
- Pedologi : ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu bagian dari alam   yang berada dipermukaan bumi, yang menekankan hubungan antara tanah itu sendiri dengan faktor pembentuknya.
- Edaphologi : ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu alat produksi  pertanian  yaitu  yang mempelajari  tanah  sebagai  alat  dengan hubungannya  pada tanaman.
Dalam kenyatannya  sebagian besar dari tanah yang  ada  dipermukaan  bumi ini dipergunakan  sebagai  usaha  pertanian,  maka  dapat  dikatakan  bahwa tanah adalah  alat  produksi  yang  menghasilkan  berbagai  produk pertanian. Sehingga tanah   merupakan  komponen   hidup  dari  lingkungan  yang   penting,   yang dimanipulasi  untuk mempengaruhi  tanaman dengan  memperhatikan  sifat  fisik, kimia  dan  biologinya.
Sebagai  manusia  biasa  mungkin  kita  hanya  dapat  mempelajari  sedikit tentang  sifat – sifat  tanah , struktur  tanah,  tekstur  tanah  maupun  pengetahuan  tentang unsur-unsur yang terkandung dalam tanah. Tanah merupakan kendaraan  pokok bagi  kegiatan  pertanian  manusia, oleh  karena  itu adalah  sangat penting  mempelajari  ilmu  tanah  guna  menunjang kegiatan pertanian  di  masa  mendatang. Disinilah  pentingnya  membekali  kegiatan  praktikum  mengenai  ilmu  tanah bagi  mahasiswa  pertanian  yang  motabene akan menjadi generasi  yang  akan  berjuang  memajukan dunia pertanian Indonesia.

B.    Tujuan
Menetapakan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart.




BAB II
METODE KERJA
A.    Warna Tanah
1.      Alat dan Bahan
Buku Munsell Soil Color Chart, Tanah gumpal lembab (Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).
2.      Cara Kerja
Diambil Sedikit tanah gumpal yang lembaba secukupnya ( permukaannya tidak mengkilap ), diletakan di bawah lubang kertas buku Munsell Soil Colour Chart. Dicatat notasi warna ( Hue, Value, Chroma ) dan nama-nama warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.
B.     Tekstur Tanah
1.      Alat dan Bahan
Menggunakan ibu jari dan telunjuk, Tanah (Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol), Air.
2.      Cara Kerja
Penetapan tekstur tanah di lapang dilakukan dengan cara merasakan atau meremas tanah antara ibu jari dan telunjuk. Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan air hingga tanah dapat ditekan. Contoh tanah dipijit kemudian dibuat benang-benang dan sambil dirasakan kasar halusnya tanah. Jika :
a.       Bentukan benang mudah dan membentuk pita panjang, maka besar kemungkinan teksturnya liat.
b.      Mudah patah, kemungkinan tekstur tanahnya lempung berliat.
c.       Tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika terasa lembut dan licin, berarti lempung berdebu; terasa kasar lempung berpasir.
C.    Struktur Tanah
1.      Alat dan Bahan
Jari tangan, Tanah (sebongkah tanah) (Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).
2.      Cara Kerja
Sebongkah tanah diambil dari horison tanah, kemudian dipecah dengan cara menekan dengan jari atau dengan dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Sehingga bongkah tanah akan pecah secara alami. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas struktur tanah.
D.    Konsistensi
1.      Alat dan Bahan
Ibu jari telunjuk,  Tanah dalam berbagai kandungan air (Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).

2.      Cara Kerja
Contoh tanah dalam berbagai kandungan air diamati dengan cara dipijit dengan ibu jari dan telunjuk. Pengamatan dimulai pada kondisi kering, lembab dan basah dengan cara menambah air pada contoh tanahnya.
























BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
1.      Warna dan Tekstur
No.
Jenis Tanah
Warna Tanah
Tekstur Tanah


Notasi Warna
Nama Warna

1.
Entisol
10 YR 4/3
Brown
Lempung Berdebu
2.
Vertisol
10 YR 3/2
Very Dark Grayish Brown
Liat
3.
Ultisol
4,5 YR 4/4
Brown
Lempung Berliat
4.
Inseptisol
10 YR 5/6
Yellow Brown
Pasir
5.
Andisol
10 YR 3/6
Dark Yellow Brown
Pasir Berlempung

No.
Jenis Tanah
Struktur Tanah


Tipe
Kelas
Derajat
1.
Entisol
Gumpal
Sanagt Halus ( VF )
Cukupan ( 2 )
2.
Vertisol
Pejal
-
Kasar ( 3 )
3.
Ultisol
Gumpal
Kasar ( c )
Cukupan ( 3 )
4.
Inseptisol
Lempeng
Sedang
Cukupan ( 3 )
5.
Andisol
Lempeng
Sedang
Kasar ( 3 )
2.      Struktur

3.      Konsistensi
No.
Jenis Tanah
Konsistensi basah
Konsistensi Lembab





1.
Entisol
Agak Lakat (ss)
Plastis (P)
Gembur (F)
2.
Vertisol
Ss
P
Vt
3.
Ultisol
So
P
Vf
4.
Inseptisol
Ss
P
f
5.
Andisol
ss
Ps
t
Konsistensi Kering

Keras (h)
Eh
Eh
h
h







B.     Pembahasan
B.1
Warna tanah adalah sifat morfologi tanah yang paling mudah dibedakan. Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Warna hitam menunjukkan kandungan ban organic yang tinggi. Warna merah menunjukkan adanya oksidasi besi bebas ( tanah terosidasi ). Warna abu – abu kebiruan menunjukkan adanya reduksi.
Hubungan warnah tanah dengan kandungan bahan organic di daerah tropika banyak yang tidak sesuai dengan apa yang ditemukan di Amerika atau Eropa. Tanah – tanah merah di Indonesia banyak mengandung bahan organic lebih dari satu persen, sama dengan kandungan bahan organic tanah hitam di daerah – daerah beriklim sedang. Tanah – tanah hitam di Indonesia mengandung banyak bahan organic yang jumlahnya tidak banyak berbeda dengan tanah – tanah merah.
Dalam pembahasan warna tanah ini alangkah baiknya kita memebahas tentang warna tanah pada tiap – tiap jenis tanah. Misalnya pada tanah alfisol lapisan 1. mempunyai Hue 7,5 YR, dan Value 4 serta Chroma 4, sehingga tanah ini dapat digolongkan memiliki warna dark brown.Sedangkan, pada tanah Alfisols lapisan 2. memiliki Hue 5 YR, Value 4 dan Chroma 6, sehingga dapat digolongkan memiliki warna tanah Yellow Red. Sebagaimana yang diketahui bahwa tanah alfisol kebanyakan ditemukan di daerah yang beriklim sedang, tropika dan subtropika, serta merupakan tanah yang subur (Hardjowigeno,1993).
Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih terang. Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut:
1.   Jenis mineral dan jumlahnya,
2.   Kandungan bahan organik tanah,
3.   Kadar air tanah dan tingkat hidratasi
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang satu agregat denganagregat lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur horison-horison tanah sering berbeda satu dengan yang lainnya dan merupakan penciri yang penting darisifat tanah, sama halnya dengan tekstur dan warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu memperbaiki sistemaerasi dan gerakan air ( Bale, 2001).
Tipe-tipe struktur tanah diantaranya adalah pipih (lempeng), prismatik, tiang dangumpal, butiran, dan remah. Tekstur dan struktur tanah keduanya berpengaruh langsungterhadap bentuk, ukuran, dan bagian volume pori-pori tanah. Struktur tanah mengatur keadaan khusus yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman misalnya aerasi, suhu,gerakan larutan tanah, kegiatan mikrobia, dan penetrasi akar ( Koorevaar, 1987).
Konsistensi tanah adalah istilah yang berkaitan sangat erat dengan kandingan air yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang berada didalam tanah pada kandungan air yang berbeda-beda. Setiap materi tanah mempunyai konsistensi yang baik bila massa tanah itu besar atau kecil (sedikit), dalam keadaan ilmiahataupun sangat terganggu, terbentuk agregat atau tanpa struktur maupun dalam keadaanlembab atau kering. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur berhubungan erat satu samalain, struktur tanah menyangkut bentuk ukuran dan pendefinisian agregat alamiah yangmerupakan hasil dari keragaman gaya tarikan di dalam massa tanah. Sebaliknyakonsistensi meliputi corak dan kekuatan dari gaya-gaya tersebut (Hakim et.al, 1986).
Daya kohesi dan adhesi pada berbagai tingkat kelengasan tanah terhadap tekanandari luar disebut konsistensi tanah. Hal ini diketahui karena mempunyai hubungan eratdengan sistem penggolongan tanah, efisiensi penggunaan air dan sifat perembesan air kedalam tanah dan sifat fisik lainnya (Foth, 1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah ialah (Notohadiprawiro,2000):
1.kadar air tanah
2.Bahan – bahan penyemen agregattanah
3.Bahan dan ukuran agregat tanah
4.Tingkat agregasi
5.Faktor-faktor penentu struktur tanah(tekstur, macam lempung, dan kadar  bahan organik)Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya tahan atau daya adhesi butir tanahdengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan terhadap gaya akan merubah bentuk atau gaya-gaya tersebut, misalnya pencangkokan, pembajakan dan sebagainya.Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah oleh karena itu dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basahatau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanahtersebut. Besarnya adhesi ditentukan oleh tegangan permukaan pada tiap satuan bidangsinggung dan luar bidang singgung. Akibatnya kekuatan adhesi menurun tajam pada keadaan jenuh air, kekuatan adhesi hilang dan tanah berubah menjadi Lumpur (Notohadiprawiro, 2000).
Tekstur
Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara.
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:


-    Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
-    Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
-    Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
-    Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
-    Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
-    Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
-    Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
-    Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
-    Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
-    Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
-    Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
-    Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.
Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.
Maka dapat terjadi bahwa pada suatu tanah, butiran pasir merupakan penyusun yang dominan, pada kasus lain liat merupakan penyusun tanah yang terbesar. Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir, liat dan lempung terdapat sama banyaknya.

B.2
1.    Warna Tanah
Pada pengamatan tanah dengan indra, warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah diantaranya yaitu kandungan bahan organik, drainase, dehidratasi senyawa besi dan lain-lain. Warna tanah sangat dipengaruhi oleh kadar lenggas di dalamnya. Tanah yang kering warnanya akan lebih terang dibandingkan dengan tanah yang basah, ini karena bahan koloid yang kehilangan air.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil :
No.   Jenis Tanah                                 Warna Tanah
                                       Notasi Warna                    Nama Warna
1.  Entisol                        10 YR 4/3                            Brown
2.  Vertisol                      10 YR 3/2                            Very Dark Grayish Brown
3.  Ultisol                        4,5 YR 4/4                           Brown
4.  Inseptisol                   10 YR 5/6                            Yellow Brown
5.  Andisol                      10 YR 3/6                            Dark Yellow Brown

Warna tanah diatas ditetapkan dengan menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart. Yaitu dimana pada saat penetapan warna harus dicatat HUE, VALUE dan CHROMA.
1)   Hue : warna dominan sesuai dengan panjang gelombangnya, dimulai warna merah (5R) dan warna paling kuning (5Y), untuk tanah tereduksi (gley) yaitu 5G, 5GY, 5 BG, dan N.
2)   Value : merupakan kartu warna ke arah vertikal yang menunjukkan warna tua-muda atau hitam-putih, ditulis dibelakang nilai hue.
3)   Chroma : merupakan kartu warna yang disusun horizontal yang menunjukkan intensitas cahaya. Ditulis dibelakang value yang dipisahkan dengan garis miring.
Contoh : Red, 10R 4 / 5 chroma.
     ini dilakukan untuk menyamakan warna tanah di semuan daerah. Warna tanah yang terdeteksi berbeda-beda karena mencerminkan sifat tanah, sedangkan diketahui jenis tanahnya berbeda, sehingga warnanya pun pasti berbeda.
2.    Tekstur Tanah
Ada 3 macam tekstur tanah yang utama, yaitu pasir (sand), lempung (loam), dan liat (clay). Tanah dikatakan pasir bila jandungan pasirnya lebih dari 70%. Sedangkan lait apabila kandungan litany lebih dari 35%. Jika suatu fraksi bukan fraksi liat ataupun pasir, maka itu adalah fraksi debu. Departemen Pertanian Amerika Serikat membagi tekstur tanah menjadi 12 kelas tekstur. Penetapan tekstur tanah ada 2, yaitu :
a. Penetapan di Laboratorium.
b. Penetapan Tekstur di Lapang.
Menurut hasil praktikum diketahui bahwa :
a.    Entisol bertekstur lempung berdebu.
b.    Vertisol bertekstur liat.
c.    Ultisol bertekstur lempung berliat.
d.   Inseptisol bertekstur pasir.
e.    Andisol bertekstur pasir berlempung.
3.    Struktur Tanah
Struktur tanah terbentuk akibat adanya penggabungan butir-butir primer tanah oleh adanya koloid tanah, humus, atau bahan kimia.Pada pengamatan struktur tanah diamati bentuk struktur, agregat tanah (ped)/ kelas struktur dan derajat struktur tanah.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan maka diperoleh hasil :
a.    Entisol bertipe gumpal – memiliki kelas sangat halus ( VF ) – mempunyai derajat cukupan ( 2 ).
b.    Vertisol bertipe pejal – tidak memiliki kelas ( - ) – mempunyai derajat kasar ( 3 ).
c.    Ultisol bertipe gumpal – memiliki kelas kasar ( c ) – mempunyai derajat cukupan ( 3 ).
d.   Inseptisol bertipe lempeng – memiliki kelas sedang – mempunyai derajat cukupan ( 3 ).
e.    Andisol bertipe lempeng – memilki kelas sedang – mempunyai derajat kasar ( 3 ).
4.    Konsistensi
Tanah dengan konsistensi baik mudah diolah dan tidak mudah melekat pada alat pegolah tanah. Sedangkan tanah yang berkonsistensi buruk merupakan kebalikannya. Konsistensi tanah dapat ditetapkan pada keadaan basah, lembab dan kering.
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok kami memberikan hasil konsistensi tanah sebagai berikut :
a.    Entisol pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan plastis (p) – pada konsistensi lembab gembur (F) – pada konsistensi kering keras (h).
b.    Vertisol pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan plastis (p) – pada konsistensi lembab sangat teguh (Vt) – pada konsistensi kering sangat keras sekali (eh).
c.    Ultisol pada konsistensi basah tak lekat (so) dan plastis (p) – pada konsistensi lembab sangat gembur (Vf) – pada konsistensi kering sangat keras sekali (eh).
d.   Inseptisol pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan plastis (p) – pada konsistensi lembab gembur (f) – pada konsistensi kering keras (h).
e.    Andisol pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan agak plastis (ps) – pada konsistensi lembab teguh (t) – pada konsistensi kering keras (h).

B.3
DEFINISI TANAH

1.      Entisol
merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah ini
tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus sudah terjadi
proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik. Banyak tanah Entisol
yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah endapan sungai atau daerah
rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak ditanam di daerah-daerah Aluvial ini
(Hardjowigeno, 1993).
Entisol: merupakan tanah yang baru berkembang dan tanahnya dangkal, ciri-cirinya antara lain;
1. Tanah yang baru berkembang,
2. Belum ada perkembangan horison tanah,
3. Meliputi tanah-tanah yang berada diatas batuan induk,
 4. Termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru.
Kelompok tanah yang tercakup dalam kelompokj tanah aluvial, antara lain:
tanah aluvial, tanah regosol, dan tanah litosol.
Penyebaran
Penyebaran tanah aluvial yakni disekitar wilayah pantai yang mendapat endapan baru di Pantai Utara, Pulau Jawa, Pantai Selatan dan Barat Sulawesi, kemudian bantaran sungai-sungai besar di Indonesia, bekas aliran lahar dingin beberapa gunung berapi di Jawa, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Tanah aluvial juga merupakan tanah yang sangat dangkal solumnya seperti di gunung yang batuannya muncul di permuakaan, gunung kapur, dan wilayah Nusa Tenggara.
Tanah Entisol banyak ditemui di Daerah pegunungan kapur dan daerah kars di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
Di Sumatra tanah ini terdapat luas pada wilayah bentukan-bentukan palegonik yang tersusun atas batuan kuarsa, grauwacke, konglomerat, granit, dan batuan shale.
Saat ini belum banyak dimanfaatkan untuk pertanian. Sebaiknya ditanam tanaman hutan yang tahan terhadap kekeringan dan solum dangkal: cendana, jati.(Anonim,2011)
Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah entisol dibagi menjai empat tahapan, antara lain :
Tahap I     : Pelapukan dari bauan induk,
Tahap II   : batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-
                   rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air
                   dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang sama, 
                   terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam.
Tahap III  : lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-tumbuhan perintis.
                   Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan   
                   yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga 
                   rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi 
                   udara
Tahap IV  : Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik   lainnya
                   semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada  tahap-tahap
                   sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya proses pelapukan yang                   terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
Proses pembentukan tanah Entisol dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:
1. Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat lambat.
2. Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng yang curam.
3. Pengenndapan terus menerus,menyebabkan pemebentukan horizon lebih lambat dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir di sekitar sungai, delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi,bukit-bukit pasir pantai.
4. Bahan induk yang sangat sukar dilapuk (inert), atau tidak permeable, sehingga air sukar meresapdan reaksi-reaksi tidak berjalan.
5. Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi tanaman atau organisme lain. Diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi.
6. Selalu jenuh air atau bergenang, menghambat perkembangan horizon.
7. Waktu yang singkat, belum memungkinkan perkembangan tanah.
8. Perubahan yang dratis dari vegetasi. Kalau pohon-pohon cemara yang mempengaruhi pembentukan tanah Spodosol (Podsol) diganti dengan tumbuhan berdaun lebar, maka profil Spodsol dapat berubah menjadi Entisol dalam waktu kurang dari satu abad (Hole, 1976).
Beberapa macam proses pembentukan tanah mungkin mulai berjalan, tetapi belum dapat menghasilkan horizon penciri horizon tertentu yang dapat digolongkan ke dalam ordo tanah lain selain Entisol.
Karakteristik/Sifat Tanah
Entisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral sampai alkalin, KTK  juga bervariasi baik untuk horison A maupun C, mempunyai nisbah C/N < 20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah yang lebih halus. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatip subur, untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K (Munir, 1996).
2.      Vertisol
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.
Pembentukan tanah
Pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua proses, yaitu terakumulasinya mineral liat 2 : 1 dan proses mengembang dan mengkerut yang terjadi secara periodik, sehingga membentuk slinckenside atau relief mikro gilgai. Lebih lanjut dikatannya bahwa ketika basah tanah menjadi sangat lekat dan plastis, tetapi kedap air. Namun, saat kering tanah menjadi sangat keras dan masif, atau membentuk pola prisma yang terpisahkan oleh rekahan. Hardjowigeno 1993) menyatakan bahwa faktor penting dalam pembentukan tanah ini adalah adanya musim kering di setiap tahun, meskipun lama musim kering tersebut bervariasi. Di daerah yang paling kering, tanah hanya paling basah tanah hanya kering selama beberapa minggu setiap tahun.
Penyebaran
Tanah-tanah ini banyak ditemukan kebanyakan di NTT(0.198 juta ha),Jawa Timur(0.96 juta ha),NTB(0.125 juta ha),Sulawesi Selatan(0.22 juta ha),dan Jawa Tengah(0.4 juta ha) (Subagyo et al. 2004).

Karakteristik/sifat tanah
Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi (Munir, 1996).
Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).
3.      Ultisol
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
Pembentukan tanah
Proses pembentukan tanah Ultisol meliputi beberapa proses sebagai berikut :
1. Pencucuian yang ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat. Pencucian berjalan sangat lanjut sehingga tanah bereaksi masam, dan kejenuhan basa rendah sampai di lapisan bawah tanah (1,8 m dari permukaan).
2. Karena suhu yang cukup panas (lebih dari 8˚C) dan pencucian yang kuat dalam waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terjadi pelapukan yang kuat terhadap mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan oksida-oksida. Mineral liat yang terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit, dan gibsit.
3. Lessivage (pencucian liat), menghasilkan horison albik dilapisan atas (eluviasi), dan horison argilik dilapisan bawah (iluviasi). Sebagian liat di horison argilik merupakan hasil pembentukan setempat (in situ) dari bahan induk.Di daerah tropika horison E mempunyai tekstur lebih halus mengandung bahan organik dan besi lebih tinggi daripada di daerah iklim sedang.
Bersamaan dengan proses lessivage tersebut terjadi pula proses podsolisasi dimana sekuioksida (terutama besi) dipindahkan dari horison albik ke horison argilik.
4. Biocycling
Meskipun terjadi pencucian intensif tetapi jumlah basa-basa di permukaan tanah cukup tinggi dan menurun dengan kedalaman. Hal ini disebabkan karena proses Biocycling basa-basa tersebut oleh vegetasi yang ada di situ.
5. Pembentukan plinthite dan fragipan.
Plinthite dan fragipan bukan sifat yang menentukan tetapi sering ditemukan pada Ultisol. Biasanya ditemukan pada subsoil di daerah tua.
Plinthite : Terlihat sebagai karatan berwarna merah terang. Karatan ini terbentuk karena proses reduksi dan oksidasi berganti-ganti. Kalau muncul di permukaan menjadi keras irreversibie dan disebut laterit. Karatan merah yang tidak mengeras kalau kering berlebihan bukanlah plithit.
Plinthite ditemukan mulai kedalaman yang dipengaruhi oleh fluktuasi air tanah. Hanya plinthite yang dapat menghambat drainase yang dalam Taksonomi Tanah (yaitu mengandung 10-15 persen volume atau lebih plinthite = Plinthaquult).
Fragipan : Pada Ultisol drainase buruk, seperti halnya plinthite, fragipan menghambat gerakan air dalam tanah. Proses pembentukan fragipan masih belum jelas.
6. Perubahan horison umbrik menjadi mollik
Ultisol dengan epipedon umbrik (Umbraquult) dapat berubah menjadi epidedon mollik akibat pengapuran. Walaupun demikian klasifikasi tanah tidak berubah selama lapisan-lapisan yang lebih dalam mempunyai kejenuhan basa rendah. Control Sectiori untuk kejenuhan basa ditetapkan pada kedalaman 1,25 m dari permukaan horison argilik atau 1,80 m dari permukaan tanah (kejenuhan basa kurang dari 35%). Hal ini disebabkan untuk menunjukan adanya pencucian yang intensif dan agar klasifikasi tanah tidak berubah akibat pengelolaan tanah.
Faktor-faktor Pembentukan Tanah
  Faktor-faktor pembentuk tanah yang banyak mempengaruhi pembentukan Ultisol adalah :
Bahan induk : Bahan induk tua, misalnya batuan liat, atau batuan volkanik masam.          
Iklim            : Harus cukup panas (warm) dan basah (humid), di daerah iklim sedang dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8˚C, sampai di daerah tropika.
Vegetasi       : di daerah iklim sedang di didominasi oleh pinus. Di Indonesia vegetasi hutan tropika.
Ralief           : Berombak sampai berbukit.
Umur            : Tua
Penyebaran
Ultisol di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia (Subagyo et al. 2004).
Karakteristik/sifat tanah
Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk. 1986)
4.      Inseptisol
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.
Pembentukan tanah
Beberapa factor yang mempengaruhi pembentukan Inceptisol adalah:
1. Bahan induk yang sangat resisten.
2. Posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah.
3. Permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum lanjut.
Tidak ada proses pedogenik yang dominan kecuali leaching, meskipun mungkin semua proses pedogenetik adalah aktif. Di lembah-lembah yang selalu tergenang air terjadi proses gleisasi sehingga terbentuk tanah dengan khroma rendah.
Di tempat dengan bahan induk resisten, proses pembentukan liat terhambat. Bahan induk pasir kuarsa memungkinkan pembentukan hodison spodik melalui proses podsolisasi.
Penyebaran
Penyebaran ultisol di Indonesia terdapat dipulau Jawa,Sumatera,Irian Jaya,Bali,Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dengan luas areal 12.749.000 hektar. di Sulawesi lusa areal tanah Alfisol ini 2.930.000 hektar dan juga ditemukan di Irian Jaya 106.000 hektar (Subagyo et al. 2004).
Karakteristik/sifat tanah
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali  daerah kering mulai dari kutup sampai tropika. (Darmawijaya, 1990)
5.      Andisol
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.
Pembentukan tanah
Proses pembentukan tanah yang utama pada andisol adalah proses pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan organic dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa Andisol. Pelapukan mineral aliminium silikat primer telah berlanjut hanya sampai pada pembentukan mineral “short range order” seperti alophan, imogolit, dan ferihidrit.tingkat pelapukan seperti ini sering dikatakan sebagai tingkat peralihan antara tanah vulkanik yang belum dilapuk dengan tanah vulkanik yang lebih melapuk. Walaupun demikian pada keadaan lingkungan tertentu mineral-mineral “short range order” cukup stabil sehingga tidak atau lambat sekali berubah menjadi mineral lain.



Penyebaran
Total luasan sekitar 5.39 juta ha atau 2.9% dari lahan yang ada di Indonesia dengan penyebaran Sumatera Utara (1.06 juta ha),Jawa Timur(0.73 juta ha),Jawa Barat(0.50 juta ha),Jawa Tengah(0.45 juta ha),dan di Maluku(0.32 juta ha) (Subagyo et al. 2004).
Karakterisrik/sifat tanah
Tanah andisol atau yang lebih dikenal dengan istilah andosol rata-rata berwarna kehitaman. Tekstir dari tanah jenis andisol atau andosol beragam. Tanah ini bisa berbentuk tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung didalamnya sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah ini banyak dijumpai di daerah-daerah yang berada dekat gunung berapi.
Tanah andisol mempunyai unsur hara yang cukup tinggi hasil dari abu vulkanik. Tanah ini sangat subur sehingga tanah jenis ini baik untuk  ditanami. Selain unsur hara, tanah andisol memiliki kandungan zat-zat organic yang berada di lapisan tengah dan atas sementara pada bagian tanah sangat sedikit unsure hara dan zat organiknya. Selain itu, tanah ini mampu mengikat air dalam jumlah yang tinggi, kandungan karbonnyapun sangat tinggi dibandingkan tanah yang lain.
(Hardjowigeno, S. 1992.)



                             










                                                                                           

DAFTAR PUSTAKA

Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta
Fandika. 2011. Tanah – Tanah Di Indonesia. http://fandicka.blog.com/2011/03/25/tanah-tanah-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 25 Maret 2012.

Foth, H.D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Hakim, N. Et all. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung : Lampung.
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta
Koorevaar, D.,G. Menelik and C. Dirksen. 1987. Element of Soil Physics. Development inSoil Science 13 (Anasir Fisika Tanah – Perkembangan di Dalam Ilmu Tanah 13,Alih Bahasa B.D. Kertonegoro dan S. Soetarmodjo). Jurusan Tanah FakultasPertanian Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT. Dunia Pusataka Jaya : Jakarta
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Universitas gadjah mada : Yogyakarta
Rakhmatullah.R. 2011. Tanah Entisol.
 http:// rifkirahmatullah.blogspot.com%2F2011%2F07%2Ftanah-entisol.html.
Diakses pada tanggal 25 Maret 2012.
Subagyo, H., N. Suharta dan A.B.Siswanto 2004. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. hlm. 21-66. Dalam Abdurachman et.al. (Ed.). Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat : Bogor.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar