LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
ACARA IV
PENGAMATAN TANAH DENGAN INDRA
OLEH :
DEDE YUDO KURNIAWAN
A1L011043
ASISTEN :
1. RATRI NOORHIDAYATI
2. SEPTIA LINDA NURVITA
3. SOFFA
4. NOVA MARGARETH
KEMENTERIAN PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam dunia
pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah
majunya peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan pertanian dan
disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai
menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai mata
pencaharian pokok pada waktu itu.
Tanah
adalah akumulasi tubuh tanah alam bebas,
menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman
dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh
iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam keadaan
relief tertentu selama
jangka waktu tertentu
pula. Ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam yang masih muda, sehingga
masih belum lengkap untuk menampung
semua persoalan teori
dan praktek dengan memuaskan. Untuk membahas
ilmu ini dapat ditempuh dua jalan yang
berbeda dalam sudut pandangnya adalah :
- Pedologi :
ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu bagian dari alam yang berada dipermukaan bumi, yang
menekankan hubungan antara tanah itu sendiri dengan faktor pembentuknya.
- Edaphologi
: ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu alat produksi pertanian
yaitu yang mempelajari tanah
sebagai alat dengan hubungannya pada tanaman.
Dalam
kenyatannya sebagian besar dari tanah
yang ada
dipermukaan bumi ini dipergunakan sebagai
usaha pertanian, maka
dapat dikatakan bahwa tanah adalah alat
produksi yang menghasilkan
berbagai produk pertanian.
Sehingga tanah merupakan komponen
hidup dari lingkungan
yang penting, yang dimanipulasi untuk mempengaruhi tanaman dengan memperhatikan
sifat fisik, kimia dan
biologinya.
Sebagai manusia
biasa mungkin kita
hanya dapat mempelajari
sedikit tentang sifat – sifat tanah , struktur tanah,
tekstur tanah maupun
pengetahuan tentang unsur-unsur
yang terkandung dalam tanah. Tanah merupakan kendaraan pokok bagi
kegiatan pertanian manusia, oleh
karena itu adalah sangat penting mempelajari
ilmu tanah guna
menunjang kegiatan pertanian
di masa mendatang. Disinilah pentingnya
membekali kegiatan praktikum
mengenai ilmu tanah bagi
mahasiswa pertanian yang
motabene akan menjadi generasi yang
akan berjuang memajukan dunia pertanian Indonesia.
B.
Tujuan
Menetapakan warna dasar beberapa jenis
tanah dengan menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart.
BAB II
METODE KERJA
A. Warna Tanah
1.
Alat dan Bahan
Buku Munsell Soil Color
Chart, Tanah gumpal lembab (Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).
2.
Cara Kerja
Diambil Sedikit tanah
gumpal yang lembaba secukupnya ( permukaannya tidak mengkilap ), diletakan di
bawah lubang kertas buku Munsell Soil Colour Chart. Dicatat notasi warna ( Hue,
Value, Chroma ) dan nama-nama warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena
cahaya matahari langsung.
B. Tekstur Tanah
1.
Alat dan Bahan
Menggunakan ibu jari
dan telunjuk, Tanah (Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol), Air.
2.
Cara Kerja
Penetapan tekstur tanah
di lapang dilakukan dengan cara merasakan atau meremas tanah antara ibu jari
dan telunjuk. Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan
air hingga tanah dapat ditekan. Contoh tanah dipijit kemudian dibuat
benang-benang dan sambil dirasakan kasar halusnya tanah. Jika :
a.
Bentukan benang mudah dan membentuk pita
panjang, maka besar kemungkinan teksturnya liat.
b.
Mudah patah, kemungkinan tekstur
tanahnya lempung berliat.
c.
Tidak terbentuk benang, kemungkinan
lempung atau pasir. Jika terasa lembut dan licin, berarti lempung berdebu;
terasa kasar lempung berpasir.
C. Struktur Tanah
1.
Alat dan Bahan
Jari tangan, Tanah
(sebongkah tanah) (Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).
2.
Cara Kerja
Sebongkah tanah diambil
dari horison tanah, kemudian dipecah dengan cara menekan dengan jari atau
dengan dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Sehingga bongkah tanah akan pecah
secara alami. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas
struktur tanah.
D. Konsistensi
1.
Alat dan Bahan
Ibu jari telunjuk, Tanah dalam berbagai kandungan air (Inseptisol,
Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).
2.
Cara Kerja
Contoh tanah dalam
berbagai kandungan air diamati dengan cara dipijit dengan ibu jari dan telunjuk.
Pengamatan dimulai pada kondisi kering, lembab dan basah dengan cara menambah
air pada contoh tanahnya.
BAB
III
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1.
Warna
dan Tekstur
No.
|
Jenis
Tanah
|
Warna Tanah
|
Tekstur
Tanah
|
|
|
|
Notasi Warna
|
Nama Warna
|
|
1.
|
Entisol
|
10 YR 4/3
|
Brown
|
Lempung Berdebu
|
2.
|
Vertisol
|
10 YR 3/2
|
Very Dark Grayish Brown
|
Liat
|
3.
|
Ultisol
|
4,5 YR 4/4
|
Brown
|
Lempung Berliat
|
4.
|
Inseptisol
|
10 YR 5/6
|
Yellow Brown
|
Pasir
|
5.
|
Andisol
|
10 YR 3/6
|
Dark Yellow Brown
|
Pasir Berlempung
|
No.
|
Jenis
Tanah
|
Struktur
Tanah
|
||
|
|
Tipe
|
Kelas
|
Derajat
|
1.
|
Entisol
|
Gumpal
|
Sanagt Halus ( VF )
|
Cukupan ( 2 )
|
2.
|
Vertisol
|
Pejal
|
-
|
Kasar ( 3 )
|
3.
|
Ultisol
|
Gumpal
|
Kasar ( c )
|
Cukupan ( 3 )
|
4.
|
Inseptisol
|
Lempeng
|
Sedang
|
Cukupan ( 3 )
|
5.
|
Andisol
|
Lempeng
|
Sedang
|
Kasar ( 3 )
|
2.
Struktur
3.
Konsistensi
No.
|
Jenis
Tanah
|
Konsistensi
basah
|
Konsistensi
Lembab
|
|
|
|
|
|
|
1.
|
Entisol
|
Agak Lakat (ss)
|
Plastis (P)
|
Gembur (F)
|
2.
|
Vertisol
|
Ss
|
P
|
Vt
|
3.
|
Ultisol
|
So
|
P
|
Vf
|
4.
|
Inseptisol
|
Ss
|
P
|
f
|
5.
|
Andisol
|
ss
|
Ps
|
t
|
Konsistensi Kering
|
|
Keras (h)
|
Eh
|
Eh
|
h
|
h
|
B. Pembahasan
B.1
Warna tanah
adalah sifat morfologi tanah yang paling mudah dibedakan. Warna tanah merupakan
petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Warna hitam menunjukkan kandungan ban
organic yang tinggi. Warna merah menunjukkan adanya oksidasi besi bebas ( tanah
terosidasi ). Warna abu – abu kebiruan menunjukkan adanya reduksi.
Hubungan
warnah tanah dengan kandungan bahan organic di daerah tropika banyak yang tidak
sesuai dengan apa yang ditemukan di Amerika atau Eropa. Tanah – tanah merah di
Indonesia banyak mengandung bahan organic lebih dari satu persen, sama dengan
kandungan bahan organic tanah hitam di daerah – daerah beriklim sedang. Tanah –
tanah hitam di Indonesia mengandung banyak bahan organic yang jumlahnya tidak
banyak berbeda dengan tanah – tanah merah.
Dalam
pembahasan warna tanah ini alangkah baiknya kita memebahas tentang warna tanah
pada tiap – tiap jenis tanah. Misalnya pada tanah alfisol lapisan 1. mempunyai
Hue 7,5 YR, dan Value 4 serta Chroma 4, sehingga tanah ini dapat digolongkan
memiliki warna dark brown.Sedangkan, pada tanah Alfisols lapisan 2. memiliki
Hue 5 YR, Value 4 dan Chroma 6, sehingga dapat digolongkan memiliki warna tanah
Yellow Red. Sebagaimana yang diketahui bahwa tanah alfisol kebanyakan ditemukan
di daerah yang beriklim sedang, tropika dan subtropika, serta merupakan tanah
yang subur (Hardjowigeno,1993).
Keberadaan
jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih terang. Menurut Wirjodihardjo dalam
Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas warna tanah dipengaruhi tiga
faktor berikut:
1. Jenis mineral dan jumlahnya,
2. Kandungan bahan organik tanah,
3. Kadar air tanah dan tingkat hidratasi
Struktur tanah
adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer seperti pasir,
debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang satu agregat denganagregat
lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur horison-horison tanah
sering berbeda satu dengan yang lainnya dan merupakan penciri yang penting
darisifat tanah, sama halnya dengan tekstur dan warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan
pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara
kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu
memperbaiki sistemaerasi dan gerakan air ( Bale, 2001).
Tipe-tipe
struktur tanah diantaranya adalah pipih (lempeng), prismatik, tiang dangumpal,
butiran, dan remah. Tekstur dan struktur tanah keduanya berpengaruh
langsungterhadap bentuk, ukuran, dan bagian volume pori-pori tanah. Struktur
tanah mengatur keadaan khusus yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman misalnya
aerasi, suhu,gerakan larutan tanah, kegiatan mikrobia, dan penetrasi akar (
Koorevaar, 1987).
Konsistensi tanah
adalah istilah yang berkaitan sangat erat dengan kandingan air yang menunjukkan
manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang berada didalam tanah
pada kandungan air yang berbeda-beda. Setiap materi tanah mempunyai konsistensi
yang baik bila massa tanah itu besar atau kecil (sedikit), dalam keadaan
ilmiahataupun sangat terganggu, terbentuk agregat atau tanpa struktur maupun
dalam keadaanlembab atau kering. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur
berhubungan erat satu samalain, struktur tanah menyangkut bentuk ukuran dan
pendefinisian agregat alamiah yangmerupakan hasil dari keragaman gaya tarikan
di dalam massa tanah. Sebaliknyakonsistensi meliputi corak dan kekuatan dari
gaya-gaya tersebut (Hakim et.al, 1986).
Daya
kohesi dan adhesi pada berbagai tingkat kelengasan tanah terhadap tekanandari
luar disebut konsistensi tanah. Hal ini diketahui karena mempunyai hubungan
eratdengan sistem penggolongan tanah, efisiensi penggunaan air dan sifat
perembesan air kedalam tanah dan sifat fisik lainnya (Foth, 1998).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsistensi tanah ialah (Notohadiprawiro,2000):
1.kadar
air tanah
2.Bahan
– bahan penyemen agregattanah
3.Bahan
dan ukuran agregat tanah
4.Tingkat
agregasi
5.Faktor-faktor
penentu struktur tanah(tekstur, macam lempung, dan kadar bahan organik)Konsistensi tanah menunjukkan
kekuatan daya tahan atau daya adhesi butir tanahdengan benda lain. Hal ini
ditunjukkan oleh daya tahan terhadap gaya akan merubah bentuk atau gaya-gaya
tersebut, misalnya pencangkokan, pembajakan dan sebagainya.Tanah-tanah yang
mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolah tanah oleh karena itu dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basahatau
kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan
tanahtersebut. Besarnya adhesi ditentukan oleh tegangan permukaan pada tiap
satuan bidangsinggung dan luar bidang singgung. Akibatnya kekuatan adhesi
menurun tajam pada keadaan jenuh air, kekuatan adhesi hilang dan tanah berubah
menjadi Lumpur (Notohadiprawiro, 2000).
Tekstur
Tekstur
tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah
butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada
juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila
komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini
disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir
liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah
yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah
tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan
air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah
berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar
(pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang
tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara.
Tekstur
tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah
basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus
kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan
cara sebagai berikut:
- Pasir
Apabila
rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola
dan gulungan.
- Pasir Berlempung
Apabila
rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi
mudah sekali hancur.
- Lempung Berpasir
Apabila
rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
- Lempung
Apabila
tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak
teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
- Lempung Berdebu
Apabila
terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan
permukaan mengkilat.
- Debu
Apabila
terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat
digulung dengan permukaan mengkilat.
- Lempung Berliat
Apabila
terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
- Lempung Liat Berpasir
Apabila
terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
- Lempung Liat Berdebu
Apabila
terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta
dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
- Liat Berpasir
Apabila
terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh,
dan mudah dibuat gulungan.
- Liat Berdebu
Apabila
terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan.
- Liat
Apabila
terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan
mudah dibuat gulungan.
Badan Pertanahan Nasional
mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang
terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan
liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel
pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan
ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.
Maka
dapat terjadi bahwa pada suatu tanah, butiran pasir merupakan penyusun yang
dominan, pada kasus lain liat merupakan penyusun tanah yang terbesar.
Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir, liat dan lempung terdapat sama
banyaknya.
B.2
1. Warna Tanah
Pada pengamatan tanah
dengan indra, warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah diantaranya yaitu
kandungan bahan organik, drainase, dehidratasi senyawa besi dan lain-lain. Warna
tanah sangat dipengaruhi oleh kadar lenggas di dalamnya. Tanah yang kering
warnanya akan lebih terang dibandingkan dengan tanah yang basah, ini karena
bahan koloid yang kehilangan air.
Berdasarkan percobaan
yang dilakukan, didapatkan hasil :
No. Jenis Tanah Warna Tanah
Notasi Warna Nama Warna
1. Entisol 10 YR 4/3 Brown
2. Vertisol 10 YR 3/2 Very Dark Grayish Brown
3. Ultisol 4,5 YR 4/4
Brown
4. Inseptisol 10 YR 5/6 Yellow Brown
5. Andisol 10 YR 3/6 Dark
Yellow Brown
Warna tanah diatas
ditetapkan dengan menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart. Yaitu dimana pada
saat penetapan warna harus dicatat HUE, VALUE dan CHROMA.
1)
Hue : warna dominan sesuai dengan
panjang gelombangnya, dimulai warna merah (5R) dan warna paling kuning (5Y), untuk
tanah tereduksi (gley) yaitu 5G, 5GY, 5 BG, dan N.
2)
Value : merupakan kartu warna ke arah
vertikal yang menunjukkan warna tua-muda atau hitam-putih, ditulis dibelakang
nilai hue.
3)
Chroma : merupakan kartu warna yang
disusun horizontal yang menunjukkan intensitas cahaya. Ditulis dibelakang value
yang dipisahkan dengan garis miring.
Contoh : Red, 10R 4 / 5
chroma.
ini dilakukan untuk menyamakan warna tanah
di semuan daerah. Warna tanah yang terdeteksi berbeda-beda karena mencerminkan
sifat tanah, sedangkan diketahui jenis tanahnya berbeda, sehingga warnanya pun
pasti berbeda.
2.
Tekstur
Tanah
Ada 3 macam tekstur tanah yang utama,
yaitu pasir (sand), lempung (loam), dan liat (clay). Tanah dikatakan pasir bila
jandungan pasirnya lebih dari 70%. Sedangkan lait apabila kandungan litany
lebih dari 35%. Jika suatu fraksi bukan fraksi liat ataupun pasir, maka itu
adalah fraksi debu. Departemen Pertanian Amerika Serikat membagi tekstur tanah
menjadi 12 kelas tekstur. Penetapan tekstur tanah ada 2, yaitu :
a. Penetapan di Laboratorium.
b. Penetapan Tekstur di Lapang.
Menurut hasil praktikum diketahui bahwa
:
a.
Entisol bertekstur lempung berdebu.
b.
Vertisol bertekstur liat.
c.
Ultisol bertekstur lempung berliat.
d.
Inseptisol bertekstur pasir.
e.
Andisol bertekstur pasir berlempung.
3. Struktur Tanah
Struktur tanah terbentuk akibat adanya
penggabungan butir-butir primer tanah oleh adanya koloid tanah, humus, atau
bahan kimia.Pada pengamatan struktur tanah diamati bentuk struktur, agregat
tanah (ped)/ kelas struktur dan derajat struktur tanah.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan
maka diperoleh hasil :
a.
Entisol bertipe gumpal – memiliki kelas
sangat halus ( VF ) – mempunyai derajat cukupan ( 2 ).
b.
Vertisol bertipe pejal – tidak memiliki
kelas ( - ) – mempunyai derajat kasar ( 3 ).
c.
Ultisol bertipe gumpal – memiliki kelas
kasar ( c ) – mempunyai derajat cukupan ( 3 ).
d.
Inseptisol bertipe lempeng – memiliki
kelas sedang – mempunyai derajat cukupan ( 3 ).
e.
Andisol bertipe lempeng – memilki kelas
sedang – mempunyai derajat kasar ( 3 ).
4. Konsistensi
Tanah dengan
konsistensi baik mudah diolah dan tidak mudah melekat pada alat pegolah tanah.
Sedangkan tanah yang berkonsistensi buruk merupakan kebalikannya. Konsistensi
tanah dapat ditetapkan pada keadaan basah, lembab dan kering.
Percobaan yang
dilakukan oleh kelompok kami memberikan hasil konsistensi tanah sebagai berikut
:
a. Entisol
pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan plastis (p) – pada konsistensi
lembab gembur (F) – pada konsistensi kering keras (h).
b. Vertisol
pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan plastis (p) – pada konsistensi
lembab sangat teguh (Vt) – pada konsistensi kering sangat keras sekali (eh).
c. Ultisol
pada konsistensi basah tak lekat (so) dan plastis (p) – pada konsistensi lembab
sangat gembur (Vf) – pada konsistensi kering sangat keras sekali (eh).
d. Inseptisol
pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan plastis (p) – pada konsistensi
lembab gembur (f) – pada konsistensi kering keras (h).
e. Andisol
pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan agak plastis (ps) – pada konsistensi
lembab teguh (t) – pada konsistensi kering keras (h).
B.3
DEFINISI
TANAH
1.
Entisol
merupakan tanah yang baru berkembang.
Walaupun demikian tanah ini
tidak hanya berupa bahan asal atau bahan
induk tanah saja tetapi harus sudah terjadi
proses pembentukan tanah yang
menghasilkan epipedon okhrik. Banyak tanah Entisol
yang digunakan untuk usaha pertanian
misalnya di daerah endapan sungai atau daerah
rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak
ditanam di daerah-daerah Aluvial ini
(Hardjowigeno, 1993).
Entisol: merupakan
tanah yang baru berkembang dan tanahnya dangkal, ciri-cirinya antara lain;
1. Tanah yang baru
berkembang,
2. Belum ada
perkembangan horison tanah,
3. Meliputi tanah-tanah
yang berada diatas batuan induk,
4. Termasuk tanah yang berkembang dari bahan
baru.
Kelompok tanah yang
tercakup dalam kelompokj tanah aluvial, antara lain:
tanah aluvial, tanah
regosol, dan tanah litosol.
Penyebaran
Penyebaran tanah
aluvial yakni disekitar wilayah pantai yang mendapat endapan baru di Pantai
Utara, Pulau Jawa, Pantai Selatan dan Barat Sulawesi, kemudian bantaran
sungai-sungai besar di Indonesia, bekas aliran lahar dingin beberapa gunung
berapi di Jawa, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Tanah aluvial juga
merupakan tanah yang sangat dangkal solumnya seperti di gunung yang batuannya
muncul di permuakaan, gunung kapur, dan wilayah Nusa Tenggara.
Tanah Entisol banyak
ditemui di Daerah pegunungan kapur dan daerah kars di Jawa Tengah, Jawa Timur,
Madura, Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
Di Sumatra tanah ini
terdapat luas pada wilayah bentukan-bentukan palegonik yang tersusun atas
batuan kuarsa, grauwacke, konglomerat, granit, dan batuan shale.
Saat ini belum banyak
dimanfaatkan untuk pertanian. Sebaiknya ditanam tanaman hutan yang tahan
terhadap kekeringan dan solum dangkal: cendana, jati.(Anonim,2011)
Pembentukan
Tanah
Proses pembentukan
tanah entisol dibagi menjai empat tahapan, antara lain :
Tahap I : Pelapukan dari bauan induk,
Tahap II :
batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-
rekahan yang terbentuk pada batuan akan
menjadi jalur masuknya air
dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan
proses-proses yang sama,
terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang
lebih dalam.
Tahap III : lapisan tanah bagian atas mulai muncul
tumbuh-tumbuhan perintis.
Akar tumbuhan ini membentuk
rekahan pada lapisan-lapisan batuan
yang ditumbuhinya (mulai
terjadi pelapukan Biologis). Sehingga
rekahan ini menjadi celah/
jalan untuk masuknya air dan sirkulasi
udara
Tahap IV : Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi
asam organik lainnya
semakin meningkat. Seperti proses yang
dijelaskan pada tahap-tahap
sebelumnya, keadaan ini
mempercepat terjadinya proses pelapukan yang terjadi pada lapisan batuan
yang lebih dalam lagi.
Proses pembentukan tanah
Entisol dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:
1. Iklim yang sangat
kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat lambat.
2. Erosi yang kuat,
dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk
melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng yang curam.
3. Pengenndapan terus
menerus,menyebabkan pemebentukan horizon lebih lambat dari pengendapan.
Terdapat misalnya di daerah dataran banjir di sekitar sungai, delta,
lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi,bukit-bukit pasir pantai.
4. Bahan induk yang
sangat sukar dilapuk (inert), atau tidak permeable, sehingga air sukar
meresapdan reaksi-reaksi tidak berjalan.
5. Bahan induk yang
tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi tanaman atau organisme
lain. Diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi.
6. Selalu jenuh air
atau bergenang, menghambat perkembangan horizon.
7. Waktu yang singkat,
belum memungkinkan perkembangan tanah.
8. Perubahan yang
dratis dari vegetasi. Kalau pohon-pohon cemara yang mempengaruhi pembentukan
tanah Spodosol (Podsol) diganti dengan tumbuhan berdaun lebar, maka profil
Spodsol dapat berubah menjadi Entisol dalam waktu kurang dari satu abad (Hole,
1976).
Beberapa macam proses
pembentukan tanah mungkin mulai berjalan, tetapi belum dapat menghasilkan
horizon penciri horizon tertentu yang dapat digolongkan ke dalam ordo tanah
lain selain Entisol.
Karakteristik/Sifat
Tanah
Entisol mempunyai
kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horison A maupun
C, mempunyai nisbah C/N < 20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar
berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang
bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan
kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga
penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah yang lebih
halus. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatip subur, untuk mendapatkan
hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K (Munir, 1996).
2. Vertisol
Tanah yang termasuk
ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di
seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah
mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan
lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol
atau Margalit.
Pembentukan
tanah
Pembentukan tanah
vertisol terjadi melalui dua proses, yaitu terakumulasinya mineral liat 2 : 1
dan proses mengembang dan mengkerut yang terjadi secara periodik, sehingga
membentuk slinckenside atau relief mikro gilgai. Lebih lanjut dikatannya bahwa
ketika basah tanah menjadi sangat lekat dan plastis, tetapi kedap air. Namun,
saat kering tanah menjadi sangat keras dan masif, atau membentuk pola prisma
yang terpisahkan oleh rekahan. Hardjowigeno 1993) menyatakan bahwa faktor
penting dalam pembentukan tanah ini adalah adanya musim kering di setiap tahun,
meskipun lama musim kering tersebut bervariasi. Di daerah yang paling kering,
tanah hanya paling basah tanah hanya kering selama beberapa minggu setiap
tahun.
Penyebaran
Tanah-tanah ini banyak
ditemukan kebanyakan di NTT(0.198 juta ha),Jawa Timur(0.96 juta ha),NTB(0.125
juta ha),Sulawesi Selatan(0.22 juta ha),dan Jawa Tengah(0.4 juta ha) (Subagyo
et al. 2004).
Karakteristik/sifat
tanah
Tanah Vertisol memiliki
kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi
dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH
tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi (Munir, 1996).
Vertisol menggambarkan
penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang
relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga
relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan
subtropis (Munir, 1996).
3. Ultisol
Tanah yang termasuk
ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison
bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan
tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk
tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
Pembentukan
tanah
Proses pembentukan
tanah Ultisol meliputi beberapa proses sebagai berikut :
1. Pencucuian yang
ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat. Pencucian berjalan sangat
lanjut sehingga tanah bereaksi masam, dan kejenuhan basa rendah sampai di
lapisan bawah tanah (1,8 m dari permukaan).
2. Karena suhu yang
cukup panas (lebih dari 8˚C) dan pencucian yang kuat dalam waktu yang cukup
lama, akibatnya adalah terjadi pelapukan yang kuat terhadap mineral mudah
lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan oksida-oksida. Mineral
liat yang terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit, dan gibsit.
3. Lessivage (pencucian
liat), menghasilkan horison albik dilapisan atas (eluviasi), dan horison
argilik dilapisan bawah (iluviasi). Sebagian liat di horison argilik merupakan
hasil pembentukan setempat (in situ) dari bahan induk.Di daerah tropika horison
E mempunyai tekstur lebih halus mengandung bahan organik dan besi lebih tinggi
daripada di daerah iklim sedang.
Bersamaan dengan proses
lessivage tersebut terjadi pula proses podsolisasi dimana sekuioksida (terutama
besi) dipindahkan dari horison albik ke horison argilik.
4. Biocycling
Meskipun terjadi
pencucian intensif tetapi jumlah basa-basa di permukaan tanah cukup tinggi dan
menurun dengan kedalaman. Hal ini disebabkan karena proses Biocycling basa-basa
tersebut oleh vegetasi yang ada di situ.
5. Pembentukan
plinthite dan fragipan.
Plinthite dan fragipan
bukan sifat yang menentukan tetapi sering ditemukan pada Ultisol. Biasanya
ditemukan pada subsoil di daerah tua.
Plinthite : Terlihat
sebagai karatan berwarna merah terang. Karatan ini terbentuk karena proses
reduksi dan oksidasi berganti-ganti. Kalau muncul di permukaan menjadi keras
irreversibie dan disebut laterit. Karatan merah yang tidak mengeras kalau
kering berlebihan bukanlah plithit.
Plinthite ditemukan
mulai kedalaman yang dipengaruhi oleh fluktuasi air tanah. Hanya plinthite yang
dapat menghambat drainase yang dalam Taksonomi Tanah (yaitu mengandung 10-15
persen volume atau lebih plinthite = Plinthaquult).
Fragipan : Pada Ultisol
drainase buruk, seperti halnya plinthite, fragipan menghambat gerakan air dalam
tanah. Proses pembentukan fragipan masih belum jelas.
6.
Perubahan horison umbrik menjadi mollik
Ultisol dengan epipedon
umbrik (Umbraquult) dapat berubah menjadi epidedon mollik akibat pengapuran.
Walaupun demikian klasifikasi tanah tidak berubah selama lapisan-lapisan yang
lebih dalam mempunyai kejenuhan basa rendah. Control Sectiori untuk kejenuhan
basa ditetapkan pada kedalaman 1,25 m dari permukaan horison argilik atau 1,80
m dari permukaan tanah (kejenuhan basa kurang dari 35%). Hal ini disebabkan
untuk menunjukan adanya pencucian yang intensif dan agar klasifikasi tanah
tidak berubah akibat pengelolaan tanah.
Faktor-faktor
Pembentukan Tanah
Faktor-faktor pembentuk tanah yang banyak
mempengaruhi pembentukan Ultisol adalah :
Bahan induk : Bahan
induk tua, misalnya batuan liat, atau batuan volkanik masam.
Iklim : Harus cukup panas (warm) dan
basah (humid), di daerah iklim sedang dengan suhu tanah rata-rata lebih dari
8˚C, sampai di daerah tropika.
Vegetasi : di daerah iklim sedang di didominasi
oleh pinus. Di Indonesia vegetasi hutan tropika.
Ralief : Berombak sampai berbukit.
Umur : Tua
Penyebaran
Ultisol di Indonesia
yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total
luas daratan Indonesia (Subagyo et al. 2004).
Karakteristik/sifat
tanah
Tanah Ultisol memiliki
kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang
berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan
tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman
beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang
lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah pH
meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk. 1986)
4. Inseptisol
Tanah yang termasuk
ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol.
Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya
mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga
kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.
Pembentukan
tanah
Beberapa factor yang
mempengaruhi pembentukan Inceptisol adalah:
1. Bahan induk yang
sangat resisten.
2. Posisi dalam
landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah.
3. Permukaan geomorfologi
yang muda, sehingga pembentukan tanah belum lanjut.
Tidak ada proses
pedogenik yang dominan kecuali leaching, meskipun mungkin semua proses
pedogenetik adalah aktif. Di lembah-lembah yang selalu tergenang air terjadi
proses gleisasi sehingga terbentuk tanah dengan khroma rendah.
Di tempat dengan bahan
induk resisten, proses pembentukan liat terhambat. Bahan induk pasir kuarsa
memungkinkan pembentukan hodison spodik melalui proses podsolisasi.
Penyebaran
Penyebaran ultisol di
Indonesia terdapat dipulau Jawa,Sumatera,Irian Jaya,Bali,Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur dengan luas areal 12.749.000 hektar. di Sulawesi lusa
areal tanah Alfisol ini 2.930.000 hektar dan juga ditemukan di Irian Jaya
106.000 hektar (Subagyo et al. 2004).
Karakteristik/sifat
tanah
Inceptisol mempunyai
karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih
dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim –
musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan
selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan
dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke
dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol
sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk
hampir di semua tempat kecuali daerah
kering mulai dari kutup sampai tropika. (Darmawijaya, 1990)
5. Andisol
Tanah yang termasuk
ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid
(sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison
penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.
Pembentukan
tanah
Proses pembentukan
tanah yang utama pada andisol adalah proses pelapukan dan transformasi
(perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan
bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan organic dan
terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa
Andisol. Pelapukan mineral aliminium silikat primer telah berlanjut hanya
sampai pada pembentukan mineral “short range order” seperti alophan, imogolit,
dan ferihidrit.tingkat pelapukan seperti ini sering dikatakan sebagai tingkat
peralihan antara tanah vulkanik yang belum dilapuk dengan tanah vulkanik yang
lebih melapuk. Walaupun demikian pada keadaan lingkungan tertentu
mineral-mineral “short range order” cukup stabil sehingga tidak atau lambat
sekali berubah menjadi mineral lain.
Penyebaran
Total luasan sekitar
5.39 juta ha atau 2.9% dari lahan yang ada di Indonesia dengan penyebaran
Sumatera Utara (1.06 juta ha),Jawa Timur(0.73 juta ha),Jawa Barat(0.50 juta
ha),Jawa Tengah(0.45 juta ha),dan di Maluku(0.32 juta ha) (Subagyo et al.
2004).
Karakterisrik/sifat
tanah
Tanah andisol atau yang
lebih dikenal dengan istilah andosol rata-rata berwarna kehitaman. Tekstir dari
tanah jenis andisol atau andosol beragam. Tanah ini bisa berbentuk tanah liat
dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung didalamnya
sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah ini banyak
dijumpai di daerah-daerah yang berada dekat gunung berapi.
Tanah andisol mempunyai
unsur hara yang cukup tinggi hasil dari abu vulkanik. Tanah ini sangat subur
sehingga tanah jenis ini baik untuk
ditanami. Selain unsur hara, tanah andisol memiliki kandungan zat-zat
organic yang berada di lapisan tengah dan atas sementara pada bagian tanah
sangat sedikit unsure hara dan zat organiknya. Selain itu, tanah ini mampu
mengikat air dalam jumlah yang tinggi, kandungan karbonnyapun sangat tinggi
dibandingkan tanah yang lain.
(Hardjowigeno, S.
1992.)
DAFTAR PUSTAKA
Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi
Tanah. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta
Fandika. 2011. Tanah – Tanah Di
Indonesia. http://fandicka.blog.com/2011/03/25/tanah-tanah-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 25 Maret
2012.
Foth, H.D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Hakim, N. Et all. 1986. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Universitas Lampung : Lampung.
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo : Jakarta
Koorevaar, D.,G. Menelik and C.
Dirksen. 1987. Element of Soil Physics. Development inSoil Science 13 (Anasir
Fisika Tanah – Perkembangan di Dalam Ilmu Tanah 13,Alih Bahasa B.D. Kertonegoro
dan S. Soetarmodjo). Jurusan Tanah FakultasPertanian Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta.
Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama
Indonesia. PT. Dunia Pusataka Jaya : Jakarta
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan
Lingkungan. Universitas gadjah mada : Yogyakarta
Rakhmatullah.R. 2011. Tanah Entisol.
http:// rifkirahmatullah.blogspot.com%2F2011%2F07%2Ftanah-entisol.html.
Diakses pada tanggal 25 Maret 2012.
Subagyo, H.,
N. Suharta dan A.B.Siswanto 2004. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. hlm.
21-66. Dalam Abdurachman et.al. (Ed.). Sumberdaya Lahan Indonesia dan
Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat : Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar