LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
ACARA V
PENETAPAN ANGKA ATTERBERG
OLEH :
DEDE YUDO KURNIAWAN
A1L011043
ASISTEN :
1. RATRI NOORHIDAYATI
2. SEPTIA LINDA NURVITA
3. SOFFA
4. NOVA MARGARETH
KEMENTERIAN PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah
adalah material bumi yang menjadi media tempat hidupnya organisme. Tanah
digunakan sebagai tempat berpijak dan tumbuh. Tanaman adalah contoh makhluk
hidup yang langsung berinteraksi dan bergantung hidup pada keadaan tanah.
Secara umum, bagi tanaman tanah berfungsi untuk menopang tumbuh dan berdiri
tegak tanaman itu sendiri. Selain itu, tanah berfungsi sebagai penyedia bahan
makanan seperti unsur hara, mineral dan air. Tanah terbentuk secara alami
melalui pelapukan bahan induk, seperti batu-batuan induk.
Ilmu
yang pembelajarannya mengenai proses pembentukan tanah dan manfaatnya adalah
pedologi. Sedangkan proses pembentukan tanah serta unsur-unsur yang
mempengaruhinya disebut Pedogenesis. Unsur atau faktor yang mempengaruhi
pembentukan tanah, antara lain; iklim, topografi, bahan induk, waktu dan jasad
hidup. Bagian-bagian tanah antara lain lapisan-lapisan tanah yang terbentuk
atau tingkatan tanah, profil tanah; yaitu topsoil (tanam tempat dimana
organisme tumbuh dan berkembang), sobsoil (tanah muda yang masih dalam tahap
perkembangan, dan bahan induk tanah).
Dalam
tanah dikenal istilah kadar lengas tanah, yaitu kandungan kadar air dalam tanah
yang akan dimanfaatkan oleh tanaman, kadar lengar ini dipengaruhi oleh besar
kecilnya pori tanah. Tanah itu sendiri terdiri dari 3 fraksi, antara lain;
pasir (fraksi yang paling kasar dan memiliki porimakro), debu (fraksi berukuran
sedang), lempung (fraksi paling halus dan didominasi pori mikro). Apabila pori
makro dominan maka derasenya baik sedangkan drainasenya buruk, dan sebaliknya.
Tekstur geluh adalah tanah yang kadar ketiga fraksinya (pasir, debu, lempung)
dalam keadaan seimbang. Tanah yang baik untuk tanaman adalah tanah dengan
tekstur geluh dan berkomposisi; 20-30% air, 20-30% udara, 45% mineral dan 5%
bahan organik.
B. Tujuan
1. Mengetahui
batas cair ( BC )
2. Mengetahui
batas lekat ( BL )
3. Mengetahui
batas gulung ( BG )
4. Mengetahui
batas berubah warna ( BBW )
BAB II
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat
dan Bahan yang digunakan meliputi : contoh tanah kering udara halus ( diameter
0,5 mm ), Casagrande, stop watch, colet/spatel, tmbangan analitik, botol
semprot, lap/serbet, kertas label, lempeng kaca, oven, eksikator.
B. Cara Kerja
1.
Batas
Cair
a. Menyiapkan
alat Casagrande yang mempunyai tinggi jatuh 1 cm.
b. Membuat
pasta tanah basah yang homogen
secukupnya dengan cawan porselin.
c. Latihan
memutar alat Casagrande dengan kecepatan konstan 2x per detik.
d. Memasukan
pasta tanha yang telah dibuat di atas cawan Casagrande dan permukaannya
diratakan dengan colet sampai setebal 1 cm. Kemudian dengan colet pembelah
pasta tanah dibelah ditengahnya dengan gerakan tegak lurus pada bidang cawan.
Hasilnya pada dasar cawan harus terlihat bagaian yang bersih dari tanah, lebar
alur yang terjadi 2 mm.
e. Alat
Casagrande segera diputar dengan kecepatan konstan ( 2x per detik ). Amati
sampai alur menutup selebar 1 cm, pemutaran dihentikan dan cata jumlah putaran
yang diperlukan tadi.
f. Setelah
dapat diperoleh jumlah ketukan antara 10 – 40, ambil pasta tanah di sekitar
alur yang menutup sebanyak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kadar air
tanahnya.
g. Kerjakan
untuk 4 ulangan drngan banyak ketukan diatas 25, dua ulangan dan dibawah 25 dua
ulangan.
h. Perhitungan
:
1). Dengan rumus umum ( Cari titk
tunggal )
Dari masing – masing data yang
diperoleh, dimasukan pada rumus di bawah ini.
BC = KaN ( N/25 )0,121
Atau log BC = log KaN +
0,121 ( log N – 25 )
= log Kan + 0,121 log umum
KaN adalah kadar air pasta
tanah pada N ketukan.
2.
Batas
Lekat
a. Ambil
sista psata tanah pada acara BC, gumpalkan dalam tangan dan tuliskan colet
kedalamnya sedalam 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm perdetik. Dapat juga dijalankan
drngsn menggumpalkan pada tanan
Ujung colet sepanjang 2,5 cm ada di
dalamnya dan kemudian ditarik dengan kecepatan 0,5 detik.
b. Perika
permukaan colet bersih, tidak tanah kering , tanah suspensi tanah melekat,
berarti masta tanah lebih basah dari BL.
c. Tergantung
dari hasil pemerikasaan dalam langkah ke -2, pasta tanah dibasahi atau
dikurangi ketebalanaya dan langkah ke –
1 diulang – ulang lagi sampai dicapai keadaan di permukaan colet di sebelah
ujungnya melekat suspensi tanah seperti dempul sepanjang kira – kira 0,8 cm.
d. Ambil
tanah sekitar empat tusukan sebnayak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kadar
air tanahanya.
e. Kerjakan
untuk 2 ulangan.
f. Perhitungan.
Dari kedua pengamatan tersebut,
hitunglah kadar airnya. Ini merupakan kadar air batas lekat tanah.
3.
Batas
Gulung
a. Ambil
pasta tanah kurang lebih 15 gram dan buat bentuk sosis atau pita tanah dengan
cara menggulung – gulung di atas lempeng kaca dengan telapak tangan yang
digerakan maju mundur tanpa ditekan. Pada waktu menggolek – golekan pasta tanah
gerakan jari menjarang.
b. Periksa
tambang tanah yang terbentuk : 1) tidak menunjukan keretakan sewaktu mencapai
tebal 3 mm. 2) sudah retak – retak pada diameter lebih dari 3 mm. Pada kejadian
1) pasta tanah lebih basah dari BG dan pada kejadian 2) pasta tanah lebih
kering.
c. Ulangi
lagi sampai diperoleh tambang tanah yang retak pada diameter 3 mm. Ambil
tambang tanah yang retak tersebut, masukan kedalam botol timbang untuk
ditimbang kadar airnya, kerjakan untuk dua ulangan.
d. Perhitungan.
Dari kedaua pengamatan tersebut
hitunglah kadar airnya. Ini merupakan kadar air batas gulung tanah.
4.
Batas
Berubah Warna
a. Dengan
colet pasta tanah diratakan tipis dari permukaaan licin mengkilat di atas
permukaan papan kayu dan dibuat bentuk elips. Tebal bagian tengah 3 mm, makin
ke tepi makin menipis.
b. Letakkan
pada tempat yang teduh dan diangin – anginkan, air akan menguap dan mulai dari
tepi (bagian yang tipis) berjalan ke tengah.
c. Setelah
jalur yang kering pada bagian tepi mulai mengering selebar 0,5 cm dan 0,5 cm,
ambil bagian yang terang (kering) 0,5 cm dan 0,5 cm bagian tanah berwarna
gelap. Jadi diambil keseluruhan 1 cm dari tepi.
d. Masukkan
ke dalam botol timbang dan tetapkan kadar airnya. Kerjakan untuk dua ulangan.
Perhitungan.
Dari kedua pengamatan tersebut hitunglah kadar
airnya. Ini merupakan kadar air batas berubah warna.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Jenis tanah Vertisol
1. Batas Cair ( BC )
Ulangan
|
Ketukann ke-
|
Botol timbang kosong ( a gram )
|
a + Contoh tanah ( b gram )
|
b ( setelah dioven ) ( c gram )
|
KA %
|
Ka 1
|
< 25 = 22
|
22,4943
|
27,3035
|
25,2483
|
74,626 %
|
2
|
(10-25)=25
|
23,3607
|
28,5171
|
26,2847
|
75,88 %
|
|
|
|
|
|
|
Ka 3
|
>25 = 26
|
24,2684
|
30,1529
|
27,6258
|
75,478 %
|
4
|
( 10-25 ) = 28
|
22,3267
|
26,6471
|
24,7929
|
75,184 %
|
|
|
|
|
|
|
2. Batas Lekat ( BL )
Ulangan
|
Botol timbang kosong (a)
|
a + contoh tanah ( b gram )
|
b ( setelah dioven )
|
1
|
22,4727
|
29,8331
|
27,1471
|
|
|
|
|
2
|
22,4278
|
29,1437
|
26,7013
|
3. Batas Gulung ( BG )
Ulangan
|
Botol timbang kosong (a)
|
a + contoh tanah ( b gram )
|
b ( setelah dioven )
|
1
|
28,0291
|
28,4119
|
28,2843
|
|
|
|
|
2
|
23,4610
|
23,5628
|
23,5283
|
4. Batas Berubah Warna ( BBW )
Ulangan
|
Botol timbang kosong (a)
|
a + contoh tanah ( b gram )
|
b ( setelah dioven )
|
1
|
22,1699
|
25,0497
|
24,30
|
|
|
|
|
2
|
22,4800
|
25,6182
|
24,81
|
Perhitungan Batas Cair ( BC )
Log
∑ ketukan ( x )
|
Kadar
Air ( y )
|
x.y
|
X2
|
Log 22 = 1,342
|
74,626
|
100,148
|
1,8
|
Log 25 = 1,397
|
75,88
|
106,004
|
1,951
|
|
|
|
|
Log 26 = 1,414
|
75,478
|
106,725
|
1,999
|
Log 28 = 1,447
|
75,791
|
108,791
|
2,093
|
|
|
|
|
∑ x = 5,6
|
∑ y = 301,168
|
∑ x.y = 421,668
|
∑ X2 = 7,843
|
1.
2.
=
3.
= 75,292-0,007
=75,285
4.
b =
5.
subtitusi b ke a ( b=0,005)
a = y – b(x)
= 75,292 – (0,005).(1,4)
= 75,292 – 0,007 = 75,285
6.
persamaan reaksi y = log
25 = 1,397
y = a + b (x) →
x = nilai batas cair
adalah 53,89
Perhitungan
Batas Lekat
Kadar air tanah =
Percbaan
ke – 1
Kadar air tanah =
=
= 57,461 %
Percobaan
ke – 2
Kadar air tanah =
=
= 57,152 %
Rata – rata = =
Perhitungan
Batas Gulung
Kadar air tanah =
Percbaan
ke – 1
Kadar air tanah =
=
= 50 %
Percobaan
ke – 2
Kadar air tanah =
=
= 51,263 %
Rata – rata = =
Perhitungan
Batas Berubah Warna
Kadar air tanah =
Percbaan
ke – 1
Kadar air tanah =
=
= 35,195 %
Percobaan
ke – 2
Kadar air tanah =
=
= 34,686 %
Rata – rata = =
B.
Pembahasan
b.1
Johanes
maupun Atterberg juga mengerjakan percobaan tentang kohesi. Tanah yang plastik
( yang dapat melumpur ) dibasahi, dibuat briket, dikeringkan. Kohesi briket
tersebut diuji pada pelbagaitahap kekeringan, berupa liku A dan B. Kohesi
meningkat bila kadar lenggas merosot. Karena selanjutnya lenggas makin tipis,
maka tegangan makin meningkat sampai dengan tingkat patah. Kohesi yang makin
meningkat setelah titik patah, bukan karena selaput lengas, melainkan karena
kohesi molekuler tanah itu. Kedua titik patah liku A dan B merupakan batas awal
udara masuk ke pori, menyebabkan warna
berubah dari gelap ke terangdan mengerut. Disebut berturut-turut batas
berubah warna ( BBW ) dan derajat kerut ( DK ) tanah itu. ( Baver,1959).
ATTERBERG,
CASAGRANDE, PUCHNER ( Baver, loc.cit. ) maupun MOHR ( THORENAR, 1949 ;
WIRJODIHARJO, II, 1953, diubah ) menguji dan menetapkan “tetapan konsistensi
tanah” berturut – turut yaitu Batas Cair ( BC ), Batas Gulung ( BG ), Batas
Lekat ( BL ), Batas Berubah Warna ( BBW ), Derajat Kerut ( DK ), Derajat Berat
( DB ), Batas Pecah ( BPc ), Batas Patah ( BPt ) dan nilai kisaran antara dua
batas tertentu, yaitu indeks plastisitas (IP ) = BC – BG ; Jangka Olah ( JO ) =
BL – BG ; Surplus ( S ) = BL – BC ; persediaan air maksimum atau tertinggi (
PAM, PAT ) = BC – BBW. BC, BL, BG, BBW disebut “Tetapan Angka Atterberg”
( Notohadipoero, 1986 ).
Batas-batas
Atterberg / batas-batas konsistensi adalah persen berat kadar lengastanah yang
menandai terjadinya perubahan konsistensi secara nyata dan ditokrifkan jelas.
Nilai-nilai ini terutama digunakan dalam pekerjaan rekayasa teknik, maupun
secaraterbatas juga digunakan dalam bidang pertanian (Euroconsult, 1989).
DEFINISI ANGKA – ANGKA ATTERBERG
1.
Batas Cair (BC) ialah kadar lengas yang
menyebabkan tanah tepat dapat menggelincir dibawah pengaruh standar getaran
atau ketukan tertentu, disebut pula batas allir atau batas plastisitas tanah
tertinggi. Sedangkan pengertian lain adalah jumlah air terbanyak yang dapat
ditahan oleh tanah. Kalau air lebih banyak tanah bersamaan air akan mengalir.
Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan dalam keadaan
alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang ( field capacity ) yang
menunjukan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah dalam keadaan
alami atau undisturbed ( Hardjowigeno, 2010 ).
Berdasrkan praktikum
yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :
Ulangan
|
Ketukann ke-
|
Botol timbang kosong ( a gram )
|
a + Contoh tanah ( b gram )
|
b ( setelah dioven ) ( c gram )
|
KA %
|
Ka 1
|
< 25 = 22
|
22,4943
|
27,3035
|
25,2483
|
74,626 %
|
2
|
(10-25)=25
|
23,3607
|
28,5171
|
26,2847
|
75,88 %
|
|
|
|
|
|
|
Ka 3
|
>25 = 26
|
24,2684
|
30,1529
|
27,6258
|
75,478 %
|
4
|
( 10-25 ) = 28
|
22,3267
|
26,6471
|
24,7929
|
75,184 %
|
|
|
|
|
|
|
Pada saat dilakukan
percobaan pertama yaitu dengan ketukan dibawah 25 , kami berhasil mengamati
pasta tanah yang telah diratakan di Casagrande dan telah di beri lubang garis
lurus sedalam 1 cm merapat pada ketukan ke – 22. Artinya bahwa pada saat
ketukan ke – 22 tanah yang kami amati yaitu vertisol telah mencapai batas cair
dengan dicirikanya kemampuan menahan air tanah. Tanah vertisol mempunyai nilai batas cair 53,89, sesuai dengan harkat
nilai batas cair maka 53,89 berada daiantara 46 – 70 dan mempunyai arti
memiliki kandungan nilai BC TINGGI.
2.
Batas
Lekat (BL) tanah yang tidak plastik, misal pasir berkadar lengas lebih kecil
dari Bcnya. Sebaliknya pada tanah yang plastik misal lempung, akibatnya tanah
pasiran bersurplus ( S ) = BL – BC = positif, artinya mudah diterusi air. Pada
tanah yang plastik, S = negatif, sukar diterusi air. Tapal tanah yang kadar
lengasnya diupkan tahap demi tahap, bila ditusuk tepat tidak melekati si alat,
dikatakan tanah itu telah mencapai BL-nya. JO = BL – BG, bagi tanah pasiran
nilainya > JO tanah lempungan. Artinya tanah lempungan lebih sukar bila
dicangkul atau dibajak ( WIRJODIHARJO, loc.cit, diubah ).
Sedangkan menurut
pengertian lain batas lekat adalah kadar air di mana tanah mulai tidak dapat
melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat, maka
tanah tidak dapat melekat , tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas
melekat, maka tanah takkan mudah melekat pada benda lain. Karena itu pada kadar
air lebih tinggi dar batas melekat tanah sukar diolah. Bila tanah yang telah
mencapai batas mengalir atau batas melekat tersebut dapat membentuk gulungan
atau pita yang tidak mudah patah bila digolek-golekan lagi maka dikatakan bahwa
tanah itu plastis. Bila tanah tidak dapat dibentuk pita atau gulungan ( selalu
patah ) maka tanah itu disebut tidak plastis ( Hardjowigeno, 2010 ).
Berdasrkan praktikum
yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :
Ulangan
|
Botol timbang kosong (a)
|
a + contoh tanah ( b gram )
|
b ( setelah dioven )
|
1
|
22,4727
|
29,8331
|
27,1471
|
|
|
|
|
2
|
22,4278
|
29,1437
|
26,7013
|
Pada saat dilakukan
percobaan , diperoleh kadar air batas
lekatnya adalah :
Percbaan
ke – 1
Kadar air tanah =
=
= 57,461 %
Percobaan
ke – 2
Kadar air tanah =
=
= 57,152 %
Rata – rata = =
Jenis tanah Vertisol
mempunyai Batas Lekat tanah 57,3065.
3.
Batas
Gulung (BG) ialah kadar lengas yang memungkinkan tanah dapat digulung-gulungkan
menjadi batang kecil berukuran ½ mm serta yang mulai retak-retak dan pecah ;
disebut pula batas plastisitas terendah . tidak semua tanah mempunyai BG ;
pasir misalnya tak dapat digulung-gulungkan. Sebaliknya pada lempung. IP = BC –
BG. Pasir tidak ber - IP karena tidak
ber – BG. Plastisitas itu harus didukung oleh ketersediaan zarrah lempung yang
berlempeng – lempeng ( Baver, 1959 ).
Sedangkan
pengertian BG yang lain adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak
dapat digolek – golekan lagi. Kalau digolekan lagi tanah akan pecah – pecah ke
segala jurusan pada. Pada kadar air tanah lebih kecil dari batas menggolek
tanah sukar diolah
( Hardjowigeno, 2010 ).
Berdasrkan
praktikum yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :
Ulangan
|
Botol timbang kosong (a)
|
a + contoh tanah ( b gram )
|
b ( setelah dioven )
|
1
|
28,0291
|
28,4119
|
28,2843
|
|
|
|
|
2
|
23,4610
|
23,5628
|
23,5283
|
Pada
saat dilakukan percobaan, diperoleh kadar air batas gulungnya adalah :
Percbaan
ke – 1
Kadar air tanah =
=
= 50 %
Percobaan
ke – 2
Kadar air tanah =
=
= 51,263 %
Rata – rata = =
Jenis
tanah Vertisol mempunyai Batas Gulung
50,6315.
4.
Batas
Berubah Warna (BBW) adalah tanah yang telah mencapai batas menggolek/gulung,
masih dapat terus kehilangan air, sehingga tanah lambat laun menjadi kering dan
pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik ini dinamakan
titik batas ganti warna atau titk ubah. Batas ganti warna merupakan batas
terndah kadar air yang dapat diserap tanaman. Batas mengalir ( cair )
sebaliknya merupakan batas kadar air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman.
Perbedaan kadar air pada batas mengalir dengan kadar air pada batas ganti warna
merupakan jumlah air yang tersedia bagi tanaman. Penentuan air tersedia dengan
cara ini sekarang jarang digunakan lagi. Hal ini karena semua penetuan
dilakukan pada tanah dalam keadaan yang tidak alami lagi ( tanah diaduk
terlebih dahulu dengan air sampai menjadi pasta ), sehingga mekanisme penyerpan
air dalam tanah berbeda dengan keadaan almi dimana banyaknya dan ukuran pori
tanah memegang peranan penting. Penentuan jumlah air tersedia yang dianggap
lebih baik adalah dengan menghitung perbedaan kadar air pada tegangan 1/3 bar (
kapasitas lapang ) dengan kadar air pada 15 bar ( titik layu permanen ) (
Hardjowigeno, 2010 ).
Berdasrkan praktikum
yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :
Ulangan
|
Botol timbang kosong (a)
|
a + contoh tanah ( b gram )
|
b ( setelah dioven )
|
1
|
22,1699
|
25,0497
|
24,30
|
|
|
|
|
2
|
22,4800
|
25,6182
|
24,81
|
Pada saat dilakukan
percobaan, diperoleh kadar air batas berubah warnya adalah adalah :
Percbaan
ke – 1
Kadar air tanah =
=
= 35,195 %
Percobaan
ke – 2
Kadar air tanah =
=
= 34,686 %
Rata – rata = =
Jenis tanah Vertisol
mempunyai Batas Berubah Warna 34,9155.
Ini artinya angka tersebut pada kisaran 31 – 45 yang mempunyai harkat sangat
tinggi sesuai dengan nilai harkat Batas Berubah Warna.
Harka Angka Atterberg :
Harkat
|
Batas Mengalir
|
Indeks Plastisitas
|
Jangka Olah
|
|
|
( % kadar air )
|
|
Sangat rendah
|
< 20
|
0 – 5
|
1 – 3
|
Rendah
|
20 – 30
|
6 – 10
|
4 – 8
|
Sedang
|
31 – 45
|
11 – 17
|
9 – 15
|
Tinggi
|
46 – 70
|
18 – 30
|
16 – 25
|
Sangat tinggi
|
71 – 100
|
31 – 43
|
26 – 40
|
Eksrim tinggi
|
>100
|
>43
|
>40
|
(
Hardjowigeno, 2010 )
BAB
IV
KESIMPULAN
Dari
praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan :
1.
Tanah Vertisol mempunyai nilai Batas Cair
( BC ) 53,89.
2.
Tanah Vertisol mempunyai nilai Batas
Lekat ( BL ) 57,3065.
3.
Tanah Vertisol mempunyai nilai Batas
Gulung ( BG ) 50,26315.
4.
Tanah Vertisol mempunyai nilai Batas
Berubah Warna 34,9135.
DAFTAR PUSTAKA
Baver, L.D.
1959. Soil Physics. John Wiley and Sons, inc : New York
Euroconsult.
1989. Agriculture Comperdium (Third Revised Edition). Elsever : Amstredam
Hardjowigeno,
Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Presindo : Jakarta
Notohadiprawiro,
T. 1986. Pengantar Ilmu Tanah . Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian. Universitas gadjah mada :
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar